JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan meminta Perum Bulog untuk menyerap 3 juta ton beras sampai dengan April 2025.
"Kemudian disepakati Bulog, tadi kami rapatnya agak panjang, memang harus membeli sebanyak 3 juta ton dalam waktu yang pendek ini, yakni Januari, Februari, Maret, dan April. Sebanyak 3 juta ton harus diserap dalam bentuk beras. Kalau gabah tentu lebih banyak lagi," kata Zulkifli Hasan.
Bulog pun wajib membeli semua hasil panen gabah petani dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500 per kilogram tanpa pengecualian.
“Hari-hari ini hingga tiga bulan mendatang, kita menghadapi tantangan bagaimana cara menampung dan membeli gabah petani dengan harga Rp6.500 sesuai putusan ratas. Tidak ada perincian lagi, gabah ya Rp6.500,” tegas Zulkifli.
Berikut fakta Bulog wajib membeli gabah petani tanpa pengecualian yang dirangkum Okezone, Minggu (26/1/2025).
Sebagai tindak lanjut dari peningkatan produksi padi sebesar 50% yang diproyeksikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk Januari hingga Maret 2025, Bulog diberi target besar menyerap 3 juta ton beras dalam waktu singkat.
“Bulog harus membeli sebanyak 3 juta ton dalam waktu pendek ini, yakni Januari, Februari, Maret, dan April. Kalau dalam bentuk gabah, tentu lebih banyak lagi,” jelas Zulkifli.
Bulog juga diwajibkan membeli beras dari pabrik-pabrik yang telah membeli gabah petani sesuai HPP.
“Karena pabrik membeli gabah Rp6.500 per kilogram, maka Bulog akan membeli beras dari mereka seharga Rp12.000 per kilogram,” tambahnya.
Namun, jika ada pabrik yang tidak membeli gabah sesuai HPP, Bulog akan mengambil langkah tegas dengan langsung menyerap gabah dari petani.
Untuk memastikan target penyerapan 3 juta ton tercapai, Bulog mengusulkan adanya fleksibilitas harga pembelian beras, dengan rentang Rp12.000–12.250 per kilogram. Meski usulan ini telah mendapat persetujuan dalam rapat koordinasi, keputusan final masih menunggu pembahasan dalam rapat terbatas bersama Presiden.
“Sekarang harga pembelian tetap Rp12.000. Tapi usulan range harga tersebut akan dibawa ke ratas karena kami rakor tidak bisa melebihi keputusan ratas,” terang Zulkifli.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memperingatkan dampak serius jika gabah petani terus dibeli di bawah HPP. Selain merugikan petani, kondisi ini dapat mengancam upaya swasembada pangan dan menurunkan luas tanam padi di masa mendatang.
“Terjadi penurunan luas tanam di dua minggu terakhir. Kenapa? Karena harga. Petani beralih menanam sayuran yang lebih menguntungkan, khususnya di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat,” ungkap Amran.
Direktur Keuangan Perum Bulog Iryanto Hutagaol, mengatakan bahwa Bulog mendapat mandat dari pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, yaitu meminta untuk Bulog meningkat penyerapan terhadap beras dalam negeri mencapai juta ton.
“Tapi dengan kabar akan diminta 3 juta menyerap, artinya kita akan mengelola 4,7 juta ton. Kalau kita hitung harga Rp12 ribu per kilogram, artinya 4,7juta (ton) dikali Rp12 ribu kurang lebih Rp57 triliun harus kita sediakan dalam mengelola beras ini oleh pemerintah,” kata Iryanto dalam acara media briefing di Bulog Corporate University, Jakarta Selatan, Rabu (22/1/2025).
Iryanto juga menjelaskan untuk mengelola biaya pengelolaan penyerapan beras, Bulog juga membutuhkan kurang lebih 10 persen.
“Dan kami kurang lebih 10 persen biaya pengelolaan, dan itulah yang kita butuhkan setiap tahun,” lanjutnya.
Dengan tingginya target dan dana yang harus dikeluarkan oleh Bulog, maka dari itu Bulog tengah membicarakan hal tersebut dengan pemerintah supaya ada bantuan yang lebih terstruktur dalam segi pendanaan.
“Kalau struktur kita dibantu oleh pemerintah, nanti pemerintah sebagian memberikan APBN-nya langsung kepada kita. Nah sementara ini kami bisa recovery dari revenue pendapatan kita adalah pada saat kita menyalurkan, di situlah pemerintah membeli beras kami dan itulah menjadikan recovery pendapatan kami,” kata Iryanto.
Dengan beban yang sangat berat dan target yang begitu tinggi, bagi Iryanto ini merupakan konsekuensi dan Bulog akan masih bisa bertahan walaupun harus meminjam ke bank.
“Dan selama ini kita survive, walaupun dengan beban yang begitu berat, harus meminjam dengan uang. Namun itu adalah konsekuensi, tapi kita bisa menjalankan tugas ini dengan baik,” ujar Iryanto.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)