Keturunan Tionghoa yang sukses di Indonesia memiliki karakter perantau seperti Yahudi, India dan Korea dengan tingkatan yang berbeda.
Menurut Prof Rhenald, keturunan Tionghoa memiliki prinsip yang berbeda dengan perantau negara lain. Jika perantau Yahudi banyak yang menjadi ilmuwan, perantau asal China lebih memilih menjadi pedagang.
Rhenald juga menyebut, umumnya mental perantau ini mempunyai jiwa sosial yang kuat. Misalnya, mereka mudah tersentuh bila mendengar ada golongan orang yang memerlukan beasiswa dan hampir sebagian besar orang terkaya keturunan China memiliki yayasan sosial.
Keturunan Tionghoa juga mendidik anak agar tidak hidup boros. Selain itu, ilmu berdagang juga sudah diturunkan orang tua sejak kecil. Rhenald mengatakan, mayoritas bisnis besar di Indonesia bermula dari usaha kecil, seperti warung, anak sudah dididik untuk mengenal apa itu berdagang dengan mempercayakan anaknya untuk menjadi kasir.
“Jadi ada pekerjaan yang diberikan kepada orang yang dipercaya (yaitu anak),” ujar Prof Rhenald.
“Anaknya kemudian nerusin usaha karena sudah biasa nemenin bapaknya,” lanjutnya.
Dengan begitu, bisnis yang awalnya kecil menjadi besar dan terus berkembang itu bisa diturunkan dari generasi ke generasi.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)