TANGERANG - Bank Dunia meyakini Indonesia bisa meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan supaya setara dengan negara-negara Asia Timur lainnya. Perekonomian pun dapat tumbuh sebesar USD62 miliar.
Head of Regional Client Services di Women’s World Banking, Harsha Rodrigues mengatakan, dalam kasus bisnis cukup jelas bahwa untuk mendatangkan lebih banyak perempuan ke dalam dunia kerja, tetapi ada tantangan di mana kesenjangannya, peluangnya, dan apa yang perlu dilakukan terlebih dalam UMKM.
"Kita melihat bahwa ada 65 juta UMKM dan mereka mempekerjakan sebagian besar tenaga kerja negara perempuan. Tetapi mayoritas tenaga kerja negara dipekerjakan oleh UMKM dan mereka berkontribusi terhadap sekitar 61% PDB Indonesia," ungkap Rodrigues dalam sesi BRI Microfinance Outlook 2025, Kamis (30/1/2025).
Menurut dia, perempuan memimpin 64% dari semua sektor UMKM tersebut, yaitu sekitar 41 juta bisnis yang berkontribusi terhadap sekitar USD88 miliar. Menariknya, 55% UMKM perempuan mempekerjakan lebih banyak perempuan daripada laki-laki, jadi ada keuntungan tambahan dalam berinvestasi pada UMKM perempuan juga.
"Jadi, meskipun kalian tahu potensi dan peluang di sini, kita masih melihat bahwa pertumbuhan UMKM menghadapi tantangan dan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, ini adalah sesuatu yang kita lihat secara global dan tantangannya adalah karena seperti yang saya sebutkan sebelumnya, mereka informal, mereka tidak memiliki data, tidak ada agunan, tidak ada informasi untuk menilai risiko agar dapat meminjamkan kepada mereka dan di sini, di Indonesia, hanya 16% UMKM yang memiliki pinjaman formal," jelasnya.
Dengan demikian, Rodrigues menilai masih banyak kesempatan bagi UMKM terlebih di Indonesia karena peluang yang ada juga terbuka.
"Jadi, jelas ada banyak hal yang perlu dilakukan karena kesenjangan kredit di Indonesia adalah dari 234 juta penduduk dan di situlah peluang bagi sektor swasta dan sektor publik untuk menyediakan program dan kalian tahu peluang bagi semua orang untuk berpartisipasi," pungkas Rodrigues.