Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Konsumsi Kelas Menengah Atas Jadi PR Berat Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 8%

Iqbal Dwi Purnama , Jurnalis-Rabu, 05 Februari 2025 |18:14 WIB
Konsumsi Kelas Menengah Atas Jadi PR Berat Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 8%
Konsumsi Kelas Menengah Atas Jadi PR Berat Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 8% (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Bakrie menilai salah satu tantangan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% ada di konsumsi kelas menengah atas.

Anindya menjelaskan, pertumbuhan ekonomi nasional saat ini sekitar 60% masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Sedangkan sisanya baru dikontribusikan oleh investasi sekitar 25%, belanja pemerintah 7-8% dan sisanya dikontribusikan oleh Ekspor-Impor.

"Jadi penting untuk menjaga, dalam era yang tidak gampang ini konsumsi domestik itu tetap ada, karena 70% dari konsumsi domestik itu datang dari kelas menengah atas dan atas," ujar Anin di Menara Kadin, Rabu (5/2/2025).

1. Konsumsi Masyarakat Menengah

Menurutnya pemerintah perlu menjaga konsumsi domestik untuk golongan masyarakat kelas atas dan atas agar bisa mempertahankan konsumsinya. Sebab, untuk konsumsi masyarakat kelas menengah bawah, pemerintah juga sering menyiapkan bantalan ekonomi lewat penyaluran BLT, dan bantuan sosial lainnya.

"Kalau kita lihat memang ekonomi bisa tumbuh di atas 5%. Tapi tantangannya kita tahu ada di kelas menengah atas. Kalau kelas bawah kita tahu ada dukungan BLT, tetapi ceruk-ceruk yang besar ini ada di konsumsi kelas menengah atas," tambahnya.

2. Kebijakan Fiskal

Menurutnya kemudahan dan kepastian berusaha menjadi salah satu instrumen untuk mendorong konsumsi untuk kelas menengah dan atas. Selain itu juga diperlukan dukungan kebijakan fiskal dan moneter untuk menggairahkan dunia usaha.

"Sehingga teman-teman yang ingin berusaha di bidang tersebut harus dimudahkan, ini terutama dalam bidang pendidikan, pariwisata. Apalagi presiden memberikan kesempatan kepada Kadin untuk pergi berperan dari sisi swasta," lanjut Anin.

"Ini semua dibutuhkan, kembali lagi, suatu kebijakan fiskal dan moneter yang dianggap prudent atau kehati-hatian. Inilah yang kelihatannya dari pemerintah benar untuk mengutamakan supaya sinyal di pasar itu jelas," pungkasnya.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement