BALI - World Wildlife Fund (WWF) terus mendorong keberlanjutan industri sawit Indonesia. Pasalnya, bisnis komoditas ini berdampak sangat besar, terutama bagi para petani sawit.
"Praktik kelapa sawit berkelanjutan dapat memberikan dampak positif yang diterapkan oleh perusahaan besar dan juga petani kecil, mengingat petani kecil merupakan salah satu elemen kunci dalam rantai pasokan minyak kelapa sawit," ujar Conservation Director WWF-Indonesia, Dewi Yani Rizki Lestari, di Konferensi Internasional Kelapa Sawit dan Lingkungan (International Conference of Oil Palm and Environment/ICOPE), di Bali Beach Convention, Rabu (12/2/2025).
Dewi menyampaikan, 40% perkebunan kelapa sawit di Indonesia dikelola oleh petani kecil. Oleh karena itu, semua pihak harus bekerja sama dan mengambil peran aktif dalam menerapkan keberlanjutan pada industri kelapa sawit.
"Pada tahun 2050, kapasitas petani kecil menjadi kunci penting transformasi agroekologi," ujarnya.
WWF juga menyoroti dampak kelapa sawit terhadap iklim dan lingkungan. Menurut Dewi, solusi kongkret untuk keberlanjutan harus dibahas bersama pemangku kepentingan untuk bersinergi dalam upaya melakukan penelitian terkait dengan kemajuan teknologi dalam industri minyak sawit.
WWF juga bekerja sama dengan universitas untuk melakukan berbagai studi dan penelitian dalam isu minyak sawit.
"Berdasarkan penelitian dan data ini, kami juga terlibat dengan agenda dokumen dalam merumuskan kebijakan dan perbaikan kebijakan seperti minyak sawit berkelanjutan Indonesia.
Sebenarnya, lanjut Dewi, pelarangan sawit Indonesia memasuki pasar Eropa beberapa waktu memberikan kesempatan bagi semua pihak untuk bekerja sama dan mengambil peran aktif dalam menerapkan keberlanjutan.
Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan memberikan dampak positif dari minyak sawit berkelanjutan melalui pendekatan berbasis bukti ilmiah.
"Dengan demikian, nilai tambah dari praktik ini dapat dimonetisasi, memberikan manfaat ekonomi bagi semua pihak yang terlibat," ujarnya,
WWF juga mendukung penyelenggaraan ICOPE 2025 yang mempertemukan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri kelapa sawit muda, lembaga penelitian, dan LSM untuk membahas dan berkolaborasi dalam mengatasi berbagai tantangan penting industri kelapa sawit. Konferensi ini sejalan dengan WWF Indonesia.
"Saya setuju dengan Anda dalam konferensi ini. Semoga diskusi dan pertukaran ide selama tiga hari ke depan menghasilkan solusi inovatif untuk kemajuan industri minyak sawit kita," ujarnya.
(Feby Novalius)