JAKARTA - Industri di dalam negeri masih mengalami beberapa kendala. Salah satunya adalah mahalnya harga gas.
Hal ini dijabarkan Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri bidang Perindustrian Saleh Husin saat menjadi salah satu pembicara dengan topik "Atmosfir dan Dukungan Dunia Usaha untuk Percepatan Hilirisasi Gas Alam."
"Harga energi gas kita masih mahal jika dibandingkan dengan negara negara pesaing kita disekitar kawasan seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia," papar Saleh Husin, Jumat (21/2/2025).
Kendala pelaku usaha berikutnya adalah bahan baku industri kadang sulit didapat akibat kebijakan ego sektoral. Kalau dapat pun harga sudah tidak ekonomis lagi.
Kemudian masalah ketiga logistik cost kita masih mahal dan sektor industri penerima HGBT agar diperluas sehingga produknya dapat bersaing di pasar global.
"Serta keempat adanya kepastian berusaha dikarenakan peraturan yang berubah ubah. Semua ini kami sampaikan sebagai sebuah pemikiran ilmiah demi cintanya kepada Tanah Air agar target 8% yang diinginkan Bapak Presiden Prabowo dapat tercapai," ujarnya.
Dengan sederet kendala tersebut, Saleh menambahkan sektor industri perlu dukungan dari pemerintah. Dukungan ini diperlukan agar Presiden Prabowo Subianto bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi 8%.
"Industri di Tanah Air harus tumbuh dan berkembang dan konstribusi terhadap PDB harus minimal 29%," kata dia.
Saleh dalam paparannya menyampaikan Indonesia yang memiliki cadangan gas sebesar 142,72 TSCF yang baru dimanfaatkan baru sebesar 5,494 BBTUB, dimana 68,2% dari jumlah tersebut digunakan untuk konsumsi dalam negeri dan 31,8% untuk pasar ekspor.
Sementara produksi energi dari gas alam sebesar 10,1% dimana 71% melalui energi batubara dan sektor industrilah yang paling banyak mengkomsumsi energi diikuti sektor transportasi.
Mantan Ketua MWA UI Saleh Husin juga menyampaikan potensi hilirisari minyak dan gas bumi masih sangat terbuka lebar. Dari gas alam dapat dihilirisasi menjadi LNG, amoniak, CO2 dan methanol yang dihulu dan masih bisa dihilirisasi kebawah menjadi urea, amonium nitrat, soda ask, DME, acetic acid, biodiesel dan terus di-downstream menjadi melamine, NPK, fuel dan lain lain sesuai produk industri yang akan dikembangkan.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)