Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Curhat Buruh Korban PHK Sritex: Uang Sisa Rp200.000, Harapan Bisa Kerja Lagi Pupus?

Qonita , Jurnalis-Minggu, 09 Maret 2025 |09:47 WIB
Curhat Buruh Korban PHK Sritex: Uang Sisa Rp200.000, Harapan Bisa Kerja Lagi Pupus?
Pekerja Sritex di PHK (Foto: Okezone)
A
A
A

"Dugaannya ini berhubungan dengan upaya dari perusahaan untuk mengesampingkan tanggung jawab mereka dalam konteks pembayaran Tunjangan Hari Raya," tambahnya.

Menurut Andriko, pasca Hari Raya, perusahaan cenderung melakukan perekrutan tenaga kerja baru.
Andriko mengatakan selain alasan finansial, perusahaan biasanya menggunakan "modus atau alasan" PHK ini bermacam-macam".

"Ada yang bilang bahwa terjadi penurunan order, ada yang memang kontrak kerjanya sudah habis," kata Andriko.

Di samping itu, Andriko juga menduga kecenderungan perusahaan melakukan PHK ini juga tak lepas dari pola perekrutan perusahaan-perusahaan padat karya yang lebih mengutamakan pekerja kontrak.

Hal ini, menurutnya tak lepas dari pola permintaan dari perusahaan busana yang kerap kali hanya membutuhkan pasokan pakaian secara musiman.

Andriko mencontohkan bagaimana perusahaan-perusahaan fast fashion yang membutuhkan pakaian seri musim panas, akan membuat pesanan untuk rekanan khusus untuk musim tersebut.
"Akhirnya mengakibatkan kontrak kerja di sektor industri padat karya ini itu kontrak kerja jangka pendek," kata Andriko.

Peluang ini juga semakin terbuka sejak terbitnya Undang-undang Cipta Kerja yang membuat perusahaan cenderung mempekerjakan pegawai dengan kontrak pendek.

"Kita rata-rata lihat itu sekarang enam bulan kontrak kerja jarang sekarang yang dikontraknya itu satu tahun," kata Andriko.
Selain itu, Andriko juga menyorot peta persaingan global, untuk sektor tekstil di mana Indonesia bersaing dengan negara-negara seperti Vietnam, Bangladesh, serta China.

Ia mencontohkan Indonesia yang kebanjiran produk tekstil dari China.

"Kita tahu China barangnya-barangnya murah apalagi masih ada keistimewaan dari sisi saja, makin sulit kalau perusahaan-perusahaan tekstil kita berkompetisi," kata Andriko.

Sementara itu Askar dari Celios perusahaan industri tengah mengendurkan produksinya. Ini tak lepas dari penurunan daya beli masyarakat.
Askar mengatakan penurunan daya beli masyarakat ini terjadi di saat Indonesia mengalami deflasi pertama dalam 25 tahun terakhir.

"Deflasi itu sebetulnya idealnya kalau secara teori itu kan mendorong peningkatan daya beli masyarakat karena barang-barang semakin murah. Tapi yang terjadi itu sebaliknya hari ini deflasi itu lebih digambarkan perlambatan ekonomi," kata Askar.

"Sehingga mereka [perusahaan] kemudian merasionalisasi tenaga kerjanya, jadi mengurangi tenaga kerjanya memangkas biaya," kata Askar.

4.    Apa yang perlu dilakukan untuk menanggulangi dampak PHK?

Askar mengatakan sejumlah hal yang perlu dilakukan agar PHK ini bisa diredam.
Salah satunya adalah agar pemerintah meninjau regulasi yang bermasalah yang cenderung merugikan pekerja.

"Terkait dengan outsourcing dan beberapa aturan turunan Cipta Kerja yang enggak adil untuk para pekerja," kata Askar.
Selain itu, Askar juga mengimbau agar pemerintah bisa melakukan proteksi barang produksi dalam negeri. Ini agak tidak merugi karena karena bersaing dengan produk dari luar negeri.

"Setuju tidak setuju faktanya memang garmen yang terpukul, tekstil yang terpukul dan salah satunya karena memang membanjirnya produk asing dari China," kata Askar.

(Taufik Fajar)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement