Dalam kondisi tersebut, lanjut JK, para eksportir bisa menurunkan harga jual dalam bentuk USD, tanpa harus mengorbankan keuntungan yang diambil dalam bentuk rupiah.
“Kalau rupiah melemah artinya kita turunkan harga USD. Rupiah-nya tetap. Jadi katakanlah pengusaha garment di Bandung dimana kalau USD per Rp17.000. Supaya harganya di Amerika yang murah turunkan USD1 tidak apa-apa, dia tetap menerima rupiah yang sama,” paparnya.
Lebih jauh, JK menilai penerapan tarif timbal balik hanya menambah beban masyarakat dan pengusaha di AS, lantaran harga jual menjadi lebih mahal lagi. Kondisi ini berpotensi menekan daya beli masyarakat di kawasan tersebut.
“Yang bayar, yang masuk itu (barang impor), yang bayar bukan kita yang bayar, kita efeknya saja, yaitu bahwa daya beli Amerika diperkirakan menurun, harga naik, itu aja sebenarnya kita,” beber dia.
“Yang kena efek bayarnya itu orang Amerika, jangan lupa, yang bayar Amerika Serikat yang bayar,” lanjut JK.
(Taufik Fajar)