Namun demikian, setelah ekspor tersebut terganggu, dampak lanjutannya adalah keamanan tenaga kerja di sektor tekstil dan produk tekstil yang jumlahnya lebih dari 3 juta orang.
“Ini masalah serius yang harus dipikirkan oleh pemerintah, apalagi saat ini sedang ramai-ramainya informasi tentang PHK,” paparnya.
Christiantoko mengingatkan, yang paling mendesak untuk dilakukan saat ini oleh Indonesia adalah diplomasi. Bisa saja melalui Kedutaan Besar Indonesia di Amerika Serikat yang melakukan perundingan bilateral dengan pemerintah Amerika Serikat untuk memperjuangkan penurunan tarif timbal balik yang sudah diumumkan, mumpung sebelum pemberlakuannya jatuh tempo.
“Jangan sampai terlambat. Saatnya untuk diplomasi segera,” tegasnya.
Apalagi, lanjutnya, dalam lima tahun terakhir (2020-2024) Amerika Serikat merupakan negara tujuan utama yang menjadi penyerap terbesar komoditas ekspor Indonesia, setelah Cina.
Berdasarkan datanya, neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika terus mengalir surplus dalam 27 tahun terakhir, yakni periode 1998-2024.
(Feby Novalius)