Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Presiden Trump dan Perang Tarif 

Opini , Jurnalis-Kamis, 10 April 2025 |13:01 WIB
 Presiden Trump dan Perang Tarif 
Presiden Trump dan Perang Tarif (Foto: Andi Rahmat, Anggota DPR RI 2004-2009/2009-2014/Opini)
A
A
A

Trump nampaknya hendak membangun persekutuan perdagangan baru diatas apa yang dianggapnya sebagai persekutuan lama yang sudah tidak lagi menguntungkan AS. 

Dalam pandangannya, 65 negara dengan ekonomi kuat dan memiliki hubungan bisnis yang solid dengan AS adalah modal bagi persekutuan baru itu. 

Trump hanya menginginkan agar negara-negara itu sadar akan itu, bersedia tunduk dalam negosiasi  pada pakta baru ekonomi yang dikendalikan AS. Dan menerima fakta, bahwa AS adalah negara eksportir, bukan negara importir, pusat bagi manufaktur global dan mata rantai pasokan global. Trump sedang membangun Tata Ekonomi Dunia yang baru, dengan AS sebagai pusatnya. 

Pemahaman semacam ini akan membawa kita pada satu posisi berpikir bahwa apa yang dilakukan Trump ini barulah permulaan dari suatu proses yang panjang. Ini bukan kebijakan dengan tujuan temporer, melainkan kebijakan yang bertujuan panjang, strategis bagi AS dan akan memakan waktu yang lama. Dan dunia dipaksa menormalisasikan  drama-drama ini, menjadikan ketidakpastian sebagai kepastian baru di ranah perdagangan global. 

Model berpikir seperti ini penting bagi kita di Indonesia. Terutama bagi para perancang kebijakan negara. Respon pemerintah Indonesia mesti dirancang dalam jangka panjang. Itupun dengan tidak mengabaikan mitigasi jangka pendeknya untuk mengatasi dampak kejutan (shock) jangka pendek yang dialami. 

Dalam hal ini ada beberapa hal yang nampaknya mungkin dijadikan sebagai dasar kebijakan itu. 

Pertama, sebagai negara yang menganut politik internasional bebas aktif, penting bagi Indonesia untuk menunjukan sikap kooperatif dan keinginan untuk mencapai kesepakatan baru yang menguntungkan kedua belah pihak. konsekuensinya, pemerintah mesti mengesampingkan penggunaan instrumen tarif pembalasan (retaliatory tarif) dalam opsi kebijakannya. 

Kebijakan intimidatif AS terhadap perekonomian Indonesia tidak harus direspon secara emosional. Dalam hal ini, pesan Presiden Prabowo untuk tidak bereaksi emosional terhadap kebijakan AS adalah pesan yang tepat dan patut untuk dilaksanakan. 

Kedua, Indonesia juga mesti aktif untuk menggunakan organisasi-organisasi ekonomi dunia yang Indonesia terlibat didalamnya sebagai sarana mitigasi jangka panjang. ASEAN, G20, APEC adalah diantara forum-forum yang dapat berguna bagi  penguatan  posisi Indonesia. 

Jangan dilupakan satu aspek penting yang menjadi titik lemah dari kebijakan Tarif Trump. Kebijakan ini menempatkan AS sebagai “lawan” bagi banyak negara dengan ekonomi kuat di dunia. AS hanya akan sukses dalam jangka panjang, jika berhasil dalam memecah dan mencegah konsolidasi dari negara-negara yang disasarnya. AS akan berusaha keras mengeksploitasi sifat pragmatis dan keinginan untuk menyelamatkan kepentingan nasional masing-masing-masing dari negara-negara itu. 

 

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement