Indonesia, menurutnya memiliki banyak critical mineral yang dapat menjadi landasan kerja sama strategis dengan AS, sehingga ketergantungan pada satu negara dapat dikurangi.
Lebih jauh, mengenai kebijakan energi pemerintahan Donald Trump yang semakin mengandalkan bahan bakar fosil dan meninggalkan Green New Deal, Anindya menjelaskan bahwa Indonesia memiliki pendekatan yang berbeda.
"Indonesia juga dikaruniai sumber daya migas dan bahan bakar fosil. Namun di bawah tanah, kami juga memiliki semua jenis critical minerals, yaitu nikel, bauksit, timah, tembaga, dan rare earth (unsur tanah jarang),” jelas Anindya.
“Di atas tanah, kami punya potensi besar di energi terbarukan, mulai dari surya, angin, hingga hidro. Yang menarik, negara bagian seperti Texas kini juga berkembang pesat di sektor energi terbarukan,” tandasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)