JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengajak pelaku usaha meningkatkan kesadaran dan pemahaman bagi para pelaku usaha di tengah negosiasi dagang yang tengah berlangsung dengan Amerika Serikat (AS).
Wakil Ketua Umum (WKU) Bidang Perdagangan dan Perjanjian Internasional Kadin, Pahala N. Mansury menyebut, proses negoisasi yang tengah berlangsung merupakan peluang strategis untuk para pelaku usaha dalam menyikapi dan memanfaatkan perjanjian perdagangan yang disepakati.
"Indonesia adalah satu dari sedikit negara yang saat ini tengah menjalani proses negosiasi dengan AS. Ini peluang baik, apalagi kontribusi perdagangan AS terhadap perdagangan dunia hanya sekitar 10-12%. Masih ada 88% peluang dari negara-negara lain yang bisa kita optimalkan," jelas Pahala saat dijumpai di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (6/5/2025).
Pahala mengungkapkan, Kadin sendiri telah menggelar diskusi bertajuk "Optimalisasi CEPA dan Perjanjian Perdagangan Internasional Pasca-Liberation Day" guna memperkuat posisi Indonesia dalam jaringan nilai global.
Ia menyatakan, Indonesia saat ini memiliki hampir 26 perjanjian perdagangan internasional, termasuk CEPA dengan berbagai negara. Menurutnya, optimalisasi pemanfaatan perjanjian-perjanjian ini sangat penting dilakukan.
"Kita harus memiliki mindset untuk menjadikan Indonesia bagian dari global supply chain atau rantai pasok produksi dunia" ujar Pahala.
Pahala menambahkan bahwa negara-negara lain yang telah menjalin perjanjian CEPA umumnya langsung memposisikan diri sebagai bagian penting dari sistem produksi negara mitra.
"Kita perlu terus mendorong pelaku usaha agar melihat potensi yang ada, dan memosisikan Indonesia sebagai bagian penting dalam supply chain negara-negara mitra CEPA," tambahnya.
Lebih lanjut, Senior Advisor dari Boston Consulting Group (BCG), Andrew Cainey menyoroti dinamika global yang penuh ketidakpastian, namun tetap membuka ruang untuk kolaborasi dan inovasi.
"Globalisasi akan terus berjalan, hanya dalam bentuk yang agak berbeda. Indonesia perlu berinvestasi dalam posisi yang lebih kuat dalam jaringan nilai global dan memanfaatkan peluang seperti China Plus One," ujar Andrew Cainey.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal Damuri menekankan bahwa CEPA bukan hanya alat untuk meningkatkan ekspor, tetapi juga untuk mendorong investasi, jasa, pembangunan, dan daya saing ekonomi secara menyeluruh.
"CEPA harus digunakan secara intensif dan komprehensif agar dapat memberikan manfaat maksimal bagi perekonomian Indonesia," tutup Yose Rizal.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)