JAKARTA - Google kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Kali ini, Google PHK sekitar 200 karyawan yang tergabung dalam divisi bisnis global mereka.
Divisi ini dikenal bertanggung jawab untuk penjualan dan kemitraan di berbagai negara. Google PHK 200 pekerja dilaporkan The Information, berdasarkan informasi dari sumber internal perusahaan.
Raksasa teknologi termasuk Google telah mengalihkan pengeluaran ke pusat data dan pengembangan AI, sambil mengurangi investasi di bidang lain. Demikian dilansir Reuters, Jakarta, Kamis (8/5/2025).
Ini bukanlah pemecatan pertama yang dilakukan oleh Google. Tahun lalu, perusahaan induk Google, Alphabet, sempat mengguncang industri teknologi dengan pengumuman PHK 12.000 posisi secara global setara dengan sekitar 6% dari total tenaga kerja mereka pada waktu itu. Hingga Desember 2024, Alphabet tercatat memiliki lebih dari 183.000 karyawan di seluruh dunia.
Dalam laporan yang dirilis, Google menginfokan bahwa perubahan ini merupakan bagian dari inisiatif untuk meningkatkan kolaborasi tim serta memberikan layanan kepada pelanggan dengan lebih cepat dan efisien.
Sebelumnya, bulan lalu, Google juga dilaporkan memberhentikan ratusan pekerja dari unit platform dan perangkatnya divisi yang mencakup Android, ponsel Pixel, dan peramban Chrome.
Gelombang pemecatan massal ini tidak terjadi hanya di Google. Beberapa perusahaan teknologi besar lainnya juga mengambil tindakan serupa. Meta (induk Facebook), misalnya, merumahkan sekitar 5% dari staf yang dianggap tidak produktif, sambil mempercepat proses perekrutan di sektor AI dan machine learning.
Microsoft juga memangkas 650 pekerjaan di divisi Xbox, sedangkan Amazon memangkas pekerja dari sejumlah unit, termasuk tim komunikasi. Apple juga dilaporkan memberhentikan sekitar 100 posisi di layanan digitalnya tahun lalu.
Tren ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan teknologi besar saat ini tengah mengalihkan fokus dan sumber daya mereka untuk pengembangan kecerdasan buatan (AI) dan infrastruktur pusat data. Sementara itu, investasi di bidang bisnis lainnya mulai berkurang.
Bagi para pekerja teknologi di Indonesia, berita semacam ini menjadi pengingat bahwa dinamika dalam industri digital berubah dengan sangat cepat. Kemampuan di bidang AI dan data science semakin dianggap penting di tengah upaya efisiensi yang dilakukan oleh banyak perusahaan global.
(Dani Jumadil Akhir)