Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Bisnis Energi Terbarukan Justru Bersinar di Tengah Melambatnya Ekonomi RI

Fatihah Delasifa , Jurnalis-Sabtu, 10 Mei 2025 |15:01 WIB
Bisnis Energi Terbarukan Justru Bersinar di Tengah Melambatnya Ekonomi RI
Bisnis Energi Terbarukan Justru Bersinar di Tengah Melambatnya Ekonomi RI (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA — Bisnis Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia justru menunjukkan tren positif di tengah perlambatan ekonomi. Investasi di sektor ini, termasuk panas bumi, dinilai memiliki prospek cerah.

1. Kinerja Positif PGEO

Hal ini terlihat dari capaian kinerja PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) yang membukukan pendapatan sebesar USD 101,51 juta. Penguatan fundamental lainnya tercermin pada total aset perusahaan yang naik 0,93% menjadi USD 3,03 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, kas bersih dari aktivitas operasi juga meningkat pesat sebesar 12,04% secara Year on Year (YoY) menjadi USD 77,47 juta.

2. Komitmen Pemerintah Dorong Investasi

Wakil Ketua Komite Tetap Perencanaan Pengembangan Energi Baru Terbarukan KADIN Indonesia, Feiral Rizky Batubara, mengatakan bahwa investasi EBT, khususnya panas bumi, masih menunjukkan prospek positif karena investor menilai komitmen pemerintah cukup kuat. Komitmen tersebut memberikan kepastian yang dibutuhkan oleh para investor.

“Pemerintah sudah berkomitmen bahwa EBT itu tidak bisa mundur lagi, dan komitmen untuk keberlanjutan negara kita bukan paksaan dari asing. Sekarang, PLN dan ESDM sedang merancang kesiapan jaringan untuk menerima dan menyalurkan EBT, salah satunya panas bumi. Hal itu disambut baik oleh investor, baik dalam maupun luar negeri,” katanya, Sabtu (10/5/2025).

3. Perlunya Dukungan untuk Panas Bumi

Feiral menyatakan bahwa sistem energi masih rentan di tengah percepatan transisi global menuju energi bersih. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan sistem kelistrikan pada sumber energi intermiten seperti tenaga angin dan matahari.

 Menurutnya, transisi energi yang aman mensyaratkan kehadiran baseload yang andal, salah satunya panas bumi.
Namun, energi panas bumi masih menghadapi sejumlah tantangan, terutama karena potensi sumber dayanya banyak berada di wilayah pegunungan. 

 

Feiral menekankan bahwa optimalisasi pemanfaatan energi panas bumi memerlukan dukungan nyata dari pemerintah, mulai dari perizinan hingga aspek komersial. Ia juga menyoroti berbagai keunggulan panas bumi, antara lain sifat energinya yang stabil, kapasitas faktor yang mencapai 90 persen sehingga efisien, serta ketersediaannya yang melimpah dan ramah lingkungan.

4. Target Pengembangan PLTP dan Potensi Nasional

Pendiri Indonesia Center of Energy Resilience Studies itu menyebut pengembangan potensi panas bumi membutuhkan dukungan di tengah gejolak dunia dan volatilitas perekonomian. Sejauh ini, pemerintah telah berupaya mendorong peran strategis energi panas bumi dalam transisi energi nasional. Melalui Peraturan Menteri ESDM No. 10 Tahun 2025, ditetapkan target kontribusi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sebesar 5,1% dalam bauran energi nasional pada 2060, atau setara 22,7 gigawatt (GW).

Saat ini, kapasitas terpasang PLTP baru mencapai sekitar 2,6 GW, dengan PGE menyumbang 1,887 GW—termasuk 672 megawatt (MW) yang dikelola secara mandiri.

Dengan potensi cadangan panas bumi nasional yang mencapai 24 GW atau sekitar 40% dari total global, peluang pengembangan sektor ini masih sangat besar. PGE menargetkan peningkatan kapasitas terpasang mandiri menjadi 1 GW dalam 2–3 tahun ke depan, termasuk lewat proyek Lumut Balai Unit 2 (55 MW) yang ditargetkan beroperasi pertengahan 2025, Hululais Unit 1 & 2 (110 MW), serta sejumlah proyek co-generation dengan target total kapasitas 230 MW.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement