“Namun, tantangan seperti rendemen gabah rendah (50,45%) dan kadar air tinggi (29,40%) masih perlu diatasi dengan edukasi panen baik dan penambahan fasilitas pascapanen,” lanjutnya.
Sementara itu, ketersediaan daging diungkap Arief, baik sapi maupun kerbau, diproyeksikan sebesar 1,11 juta ton, dengan kebutuhan nasional 766,9 ribu ton. Stok akhir tahun mencapai 345 ribu ton.
Menurutnya, pemerintah juga telah menugaskan pengurangan impor 100 ribu ton daging beku, digantikan dengan pengadaan 184 ribu sapi bakalan hidup untuk mendukung stabilitas pasokan dan harga pangan.
Sementara jagung, proyeksi ketersediaan hingga akhir tahun mencapai 20,48 juta ton, dengan perkiraan kebutuhan 14,85 juta ton. Stok akhir 2025 diperkirakan sebesar 5,63 juta ton. Meski demikian, pemerintah terus menyerap dan berusaha untuk menjaga harga jagung sesuai harga acuan Rp5.500/kg.
Adapun realisasi impor jagung industri untuk bahan baku makanan, minuman, dan pembuatan gluten serta sweetner baru mencapai 350 ribu ton (385) dari total PI 900 ribu ton.
"Untuk kebutuhan industri sudah disepakati dalam rapat, importasi hanya bisa dilakukan di luar masa panen raya," pungkas Arief.
(Taufik Fajar)