JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, ditutup melemah tajam pada perdagangan Rabu waktu setempat. Indeks S&P 500 anjlok akibat lonjakan yield obligasi Treasury AS di tengah kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi.
Dow Jones Industrial Average merosot 817 poin atau 1,9% ke 41.860, indeks S&P 500 jatuh 1,6% ke 5.844, dan NASDAQ Composite turun 1,4% ke 18.872.
Lonjakan yield obligasi Treasury menjadi pemicu utama tekanan pada pasar. Yield meningkat tajam di tengah kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi.
Lemahnya permintaan pada lelang obligasi Treasury bertenor 20 tahun semakin memicu aksi jual pada obligasi pemerintah AS. Hal ini mengindikasikan bahwa kepercayaan investor terhadap ekonomi AS masih tertekan oleh ketidakpastian kebijakan.
Investor tetap waspada terhadap kondisi ekonomi AS setelah Moody’s pekan lalu menurunkan peringkat kredit negara tersebut. Demikian dilansir dari Investing, Kamis (22/5/2025).
Di sisi lain, Kongres AS sedang bersiap untuk melakukan pemungutan suara terhadap RUU pemotongan pajak besar-besaran yang didukung oleh Presiden Donald Trump.
RUU ini, jika disetujui, dapat menambah USD3 triliun hingga USD5 triliun pada beban utang negara, yang saat ini mencapai USD36,2 triliun, menurut analis independen.
Di ranah perdagangan global, investor masih menantikan lebih banyak kesepakatan dagang antara AS dan negara-negara besar lainnya. Berbagai laporan menunjukkan bahwa pembicaraan tingkat tinggi dengan Jepang akan dilanjutkan pekan ini, sementara negosiasi dengan beberapa negara lain masih berlangsung.
China juga menambah sentimen penghindaran risiko dengan memperingatkan bahwa kontrol ekspor chip AS mengancam akan merusak gencatan senjata perdagangan yang dicapai di Jenewa pekan lalu.
Dalam pergerakan saham individu, Alphabet (NASDAQ: GOOGL) melonjak lebih dari 2 persen setelah perusahaan meluncurkan serangkaian produk dan inisiatif baru terkait kecerdasan buatan (AI), menegaskan posisinya dalam persaingan AI.
Namun, Microsoft Corporation (NASDAQ: MSFT) diperdagangkan di zona merah setelah mengumumkan bahwa 394.000 komputer Windows terinfeksi malware Lumma secara global.
Selain itu, RUU pemotongan pajak dan belanja Presiden Donald Trump tampaknya menghadapi penolakan dari beberapa anggota parlemen yang tidak setuju, dan akan menghadapi ujian kritis pada hari Rabu saat Partai Republik di Dewan Perwakilan Rakyat AS mencoba mengatasi perpecahan
internal.
(Feby Novalius)