JAKARTA - Sinergi jadi kunci transformasi ekonomi Indonesia. Saat ini sektor industri masih menjadi tulang punggung Produk Domestik Bruto (PDB).
Namun di sisi lain, kontribusinya terus menurun, dari sekitar 26% di awal 2000-an menjadi hanya 19% pada kuartal pertama 2025.
Fenomena ini menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia sedang menghadapi tantangan deindustrialisasi dini.
Ekonom dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi menilai kondisi ini sebagai alarm bagi masa depan ekonomi nasional.
“Purchasing Manager's Indeks (PMI) bulan April turun ke angka 4,67 – menunjukkan kontraksi. Ini terjadi karena produsen menumpuk stok barang untuk permintaan yang tak kunjung datang,” ungkapnya di Jakarta, Jumat (23/5/205).
Hal ini sejalan dengan data kuartal I-2025 Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan kontraksi pertumbuhan industri non-migas seperti industri alat angkutan yang mengalami -3.46% yoy, industri mesin -1.38% yoy, dan sektor tembakau yang mengalami kontraksi terdalam yaitu -3.77% yoy.