Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ekspor Listrik Bersih ke Singapura dengan Investasi Rp815 Triliun, Apa Untungnya bagi Indonesia?

Iqbal Dwi Purnama , Jurnalis-Jum'at, 13 Juni 2025 |14:43 WIB
Ekspor Listrik Bersih ke Singapura dengan Investasi Rp815 Triliun, Apa Untungnya bagi Indonesia?
Ekspor Listrik Bersih ke Singapura dengan Investasi Rp815 Triliun, Apa Untungnya bagi Indonesia? (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan keuntungan yang didapat usai Indonesia ekspor listrik bersih berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) ke Singapura.

Adapun perdagangan listrik EBT lintas batas ini nantinya membawa potensi investasi senilai USD30-USD50 miliar atau setara Rp815 triliun untuk investasi pembangkit panel surya, USD2,7 miliar untuk manufaktur panel surya dan Battery Energy Storage System (BESS).

Kapasitas ekspor listrik EBT lintas batas ke Singapura diperkirakan mencapai 3,4 gigawatt (GW). Untuk memenuhi permintaan tersebut, Kementerian ESDM memperkirakan akan membutuhkan 18,7 GW produksi panel surya dan 35,7 GWh produksi baterai.

Menurut Bahlil, usai Indonesia ekspor listrik, Singapura akan membangun kawasan industri berbasis ramah lingkungan di Kepulauan Riau (Kepri). Kerja sama ini tertuang dalam perjanjian kerja sama atau MoU yang telah ditandatangani antara Bahlil dengan Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Kedua Bidang Perdagangan dan Industri Singapura Tan See Leng.

"Saya yakin hari ini adalah hari yang sangat bersejarah. Dalam proses panjang untuk menunjukkan komitmen antara pemerintah Singapura dan Indonesia dalam melakukan kerjasama pada energi hijau. Kita membangun kawasan industri hijau bersama di Kepri," ujarnya di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (13/6/2025).

Bahlil menjelaskan Singapura bakal membangun kawasan industri hijau bersama di Kepulauan Riau yakni Batam, Bintan, Karimun dengan nilai investasi di atas USD10 miliar. Nantinya kawasan industri ramah lingkungan yang dibangun bersama dengan Singapura ini akan menggunakan energi hijau. Sebab menurutnya, tuntutan pasar dunia saat ini mengacu pada produk-produk yang ramah lingkungan.

"Sekarang dunia sedang mendorong untuk produknya itu semua harus memakai energi yang bersih. Nah kaitannya dengan kawasan industri yang akan dibangun, ini adalah satu kawasan dimana akan memakai energi yang bersih," tambahnya.

 

Sebagai tindak lanjut atas penandatanganan kerja sama ini, Bahlil akan membentuk semacam Satgas yang dipimpin oleh Menteri ESDM dari pihak Indonesia dan Menteri Perdagangan dan Industri dari pihak Singapura. Satgas akan menyusun rencana aksi untuk pengembangan kawasan industri yang berkelanjutan.

Bahlil menjelaskan, kawasan industri berkelanjutan akan menggabungkan keunggulan komparatif dari kedua belah pihak. Keuntungan bagi Indonesia, kerja sama ini akan mendorong peningkatan investasi hingga penciptaan lapangan kerja.

Terkait lokasi persisnya di Kepri untuk pembangunan kawasan industri bersama Singapura ini, Bahlil belum menyebut lokasi spesifik di mana akan dibangun. Sebab masih dalam pembahasan bersama tim antara Pemerintah Singapura dan Indonesia.

"Lokasinya nanti setelah kami akan bekerja sama dengan tim, tim saya lagi ada Godok dengan tim dari pemerintahan Singapura, Nanti tempat lokasinya yang pas, titiknya sudah ada, cuma titik koordinatnya yang saya harus pastikan satu kali putaran lagi baru," pungkasnya.

Bahlil menjelaskan, ekspor listrik ke Singapura ini berbasis energi baru dan terbarukan. Nantinya listrik yang dikirim bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), sumber energi dari angin, air, dan lainnya.

"Kita kirim listrik ke saudara kita di Singapura, nanti Pemerintah Singapura bersama-sama dengan Indonesia membangun kawasan industri bersama. Ini agar kita maju bersama-sama, kita bangun industri hilirisasi, dan saudara kita di Singapura kita kirim EBT," ujar Bahlil.

 

Perdagangan listrik EBT dengan Singapura ini juga berpotensi mendatangkan devisa senilai USD4-6 miliar per tahun, dan USD210-600 juta untuk potensi penambahan penerimaan negara per tahun.

Sedangkan dari sisi manfaat untuk serapan tenaga kerja ditargetkan mampu menyerap 418 ribu pekerja di bidang manufaktur, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan panel surya dan BESS.

Bahlil menyebut, Singapura diperkirakan membutuhkan listrik berbasis energi hijau dengan kapasitas 3 gigawatt (GW). Namun angka ini dapat berubah sewaktu-waktu seiring pertumbuhan permintaan dari industri dan rumah tangga.

"Di dalam negeri itu untuk mengcover industri hijau. Jadi, tidak semuanya diekspor, tapi sebagian untuk konsumsi dalam negeri, untuk industri yang orientasi pada hilirisasi," tambahnya.

Bahlil menambahkan, ke depannya pemerintah terbuka peluang untuk peluang kerja sama dengan negara lain terkait perdagangan listrik hijau. Asalkan, ada kesepakatan yang saling menguntungkan antara kedua negara.

"Kita akan membuka selama itu saling menguntungkan, sekali lagi, yang namanya kerja sama itu harus saling menguntungkan. Win-win itu 50-50, bukan 70-30. Itu yang selama ini saya bernegosiasi terus dengan Singapura agar harus saling menguntungkan," pungkasnya.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement