Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Meraup Cuan dari Kemandirian Ekonomi Keluarga

Dani Jumadil Akhir , Jurnalis-Minggu, 22 Juni 2025 |11:51 WIB
Meraup Cuan dari Kemandirian Ekonomi Keluarga
Meraup Cuan dari Kemandirian Ekonomi Keluarga (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA  - Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menekankan pentingnya keluarga sebagai fondasi pembangunan nasional.

"Keluarga merupakan pilar utama pada pembangunan nasional sehingga pada RPJPN 2025–2045 telah dirancang berbagai program untuk mendukung ketahanan keluarga. Masing-masing narasumber hari ini memiliki aksi sendiri dalam meningkatkan ketahanan keluarga," ujar Asisten Deputi Ketahanan Keluarga dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK Mustikorini Indrijatiningrum di Jakarta, Minggu (22/6/2025).

1. Data Badan Pusat Statistik 

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Mustikorini menyebut bahwa pasca pandemi, angka perceraian sempat meningkat. Dari empat pernikahan, satu di antaranya berujung perceraian, yang menunjukkan lemahnya ketahanan keluarga.

"Pada saat kami monitoring di daerah, apabila dikorek, diperdalam lagi, itu terkait dengan masalah ekonomi keluarga. Untuk meningkatkan ekonomi keluarga, kami tidak bisa sendirian," tambahnya.

Sementara itu, Asisten Deputi Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Kemenko PMK Linda Restaningrum menyoroti pentingnya peran komunitas dalam mendukung kesehatan mental keluarga. 

"Kami sangat berharap komunitas-komunitas dapat melakukan edukasi (terkait kesehatan mental) untuk bisa mendeteksi dini dari keluarga sehingga penanganannya akan lebih cepat,” jelasnya.

2. Ketahanan Ekonomi Keluarga

Mengembangkan usaha yang berdampak langsung pada ketahanan ekonomi keluarga dilakukan oleh Maryati, pemilik Toko SRC Maryati dari Kabupaten Tangerang. Dia memulai usaha sejak tahun 1992 demi membantu perekonomian keluarga sekaligus tetap hadir untuk anggota keluarganya dengan membuka toko.

"Tahun 1992 saya mulai buka toko eceran, saya menyewa kios berukuran 3 x 6 meter. Seiring waktu, saya lalu bergabung dengan SRC pada 2010. Kami ada komunitasnya dan di situ diberikan pendampingan dari SRC," tuturnya.

Maryati mengungkapkan bahwa pelatihan dari mencakup pengelolaan toko, peningkatan omzet, hingga penataan toko agar lebih rapi dan menarik. Berkat pendampingan tersebut, omzet tokonya meningkat secara konsisten, memungkinkan ketiga anaknya menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. Kini, toko miliknya mempekerjakan empat karyawan.

"Sampai saat ini, SRC tetap mendampingi saya. Kami yang (pemilik) toko kelontong ini juga dilatih untuk tidak ketinggalan zaman lewat digitalisasi. Yang saya (sangat) rasakan itu dari aplikasi AYO Toko dan Pojok Bayar," tambahnya.

 

Melalui aplikasi ini Maryati dapat memesan barang ke mitra grosir tanpa harus menutup toko. Sementara itu, layanan Pojok Bayar memudahkan masyarakat sekitar dalam melakukan berbagai pembayaran seperti BPJS, PDAM, listrik, dan pulsa.

Tak hanya untuk keluarganya, Maryati juga memberdayakan tetangga dengan menyediakan rak khusus bernama Pojok Lokal untuk menitipkan produk UMKM di sekitar tokonya, seperti keripik pisang dan kerupuk.

"Kami sediakan rak Pojok Lokal yang menampung produk warga untuk dititipkan di warung saya. Jadi tetangga kiri dan kanan bisa ikut menikmati peningkatan ekonomi bersama. Kami juga bangga bisa menyekolahkan anak dan tidak tergantung pada satu pendapatan," imbuhnya.

3. Miliki Omzet Rp263 Triliun

Dalam riset pada 2023 mencatat bahwa Toko SRC memiliki omzet sebesar Rp263 triliun per tahun, setara dengan 11,36% dari total Produk Domestik Bruto.

Tercatat, sudah ada 250.000 toko kelontong yang tersebar di seluruh Indonesia untuk tumbuh dan beradaptasi dengan perkembangan zaman.
 

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement