Amran menyebutkan, beras dari program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) juga diduga turut dioplos. Kios hanya menampilkan sekitar 20 persen beras SPHP, sementara 80 persen sisanya dicampur menjadi beras premium untuk dijual dengan harga lebih tinggi.
“Kalau 1 juta ton beras SPHP dioplos dan naik Rp2.000 per kilogram, negara bisa rugi Rp2 triliun per tahun,” ujar Amran.
Dia juga menyayangkan distribusi SPHP yang masih dilakukan saat panen raya yang seharusnya dihentikan sementara untuk menjaga kestabilan harga.
Satgas Pangan Polri telah memeriksa empat produsen besar yang diduga terlibat dalam peredaran beras oplosan:
Wilmar Group
- Sania
- Sovia
- Fortune
- Siip
Food Station Tjipinang Jaya
- Setra Ramos
- Beras Pulen Wangi
- Food Station- Setra Pulen
PT Belitang Panen Raya
- Raja Platinum
- Raja Ultima
PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group)
- Ayana