JAKARTA - Susahnya mencari kerja di Indonesia menjadi sorotan. Hal ini diperparah dengan jumlah pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) mencapai 42.385 orang per Januari-Juni 2025.
Sementara, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah pengangguran di Indonesia juga meningkat menjadi 7,28 juta orang per Februari 2025.
Untuk itu dibutuhkan solusi untuk mengatasi krisis lapangan kerja, terutama di kalangan generasi muda yang menghadapi tantangan besar di tengah perubahan pola industri dan percepatan ekonomi digital.
Di tengah potensi bonus demografi, Indonesia justru dihadapkan pada ketimpangan antara jumlah angkatan kerja dan terbatasnya lapangan kerja.
Fenomena ini terlihat dari antrean panjang pelamar di setiap lowongan yang dibuka hingga banyaknya lulusan sarjana yang akhirnya memilih bekerja sebagai pengemudi ojek online, petugas PPSU, atau masuk ke sektor informal lainnya.
Pendiri komunitas kreatif In Our Twenties Jihan Amirah menggambarkan situasi tersebut sebagai realita yang makin membebani generasi muda.
“Fenomena ini banyak terjadi di generasi aku. Banyak teman-teman yang baru mulai kerja sudah terkena PHK. Sementara yang belum kerja juga merasa makin susah cari kesempatan. Apalagi kalau kita bicara soal kerja kantoran, spot-nya makin sempit,” ujar Jihan dalam jumpa pers IdeaFest 2025 di Jakarta, Rabu (23/7/2025).
Namun, sempitnya peluang kerja formal tidak berarti peluang kerja hilang sama sekali. Menurut Jihan, justru kini waktunya anak muda membuka pandangan terhadap jenis pekerjaan yang bersifat non-konvensional.
“Pekerjaan di luar kantor sekarang jauh lebih luas. Aku sendiri bergerak di industri brand lokal dan melihat langsung peran affiliator, live streamer, content creator, sampai copywriter sangat besar. Mereka bukan pegawai kantoran, tapi bisa berpenghasilan, berkarya, dan berpengaruh," katanya.
Jihan menekankan pentingnya IdeaFest sebagai ruang transisi antara ide dan aksi nyata. “Kita sudah terlalu lama dapat inspirasi, tapi sering bingung bagaimana langkah teknisnya. Kita perlu membicarakan ‘how to’, bukan cuma ‘why’,” katanya.
Berdasarkan data Kementerian Investasi dan Hilirisasi, sektor ekonomi kreatif menunjukkan geliat yang signifikan. Realisasi investasi mencapai Rp162,6 miliar pada 2024, melonjak dari Rp99,5 miliar pada tahun sebelumnya. Hal ini mencerminkan potensi ekonomi kreatif sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi nasional ke depan.
(Dani Jumadil Akhir)