JAKARTA – Industri migas mulai digitalisasi Health, Safety & Environment (HSE) atau Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Sebab HSE digital bisa mencegah kecelakaan di industri migas.
Kebutuhan HSE digital semakin penting mengingat skala operasi migas di Indonesia.
Pada 2024, Total Recordable Incident Rate (TRIR) di sektor pengeboran Pertamina tercatat 0,18, turun signifikan dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, Pertamina Hulu mencatat lebih dari 59 juta jam kerja aman tanpa insiden sejak November 2023.
Di sisi lain, skala operasi migas nasional juga sangat besar.
Produksi migas Indonesia pada 2024 mencapai rata-rata 1,79 juta BOEPD (barrel oil equivalent per day).
Dengan skala produksi sebesar itu, tantangan menjaga keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan lingkungan semakin kompleks.
Sementara di sektor pertambangan, urgensi sistem HSE modern tak kalah penting. Produksi batu bara Indonesia pada 2024 mencapai 830 juta ton, jauh melampaui target nasional.
“Skala produksi yang masif dan risiko operasional tinggi mulai dari alat berat hingga isu lingkungan dan tenaga kerja menjadikan solusi digital berbasis SaaS yang cepat, terukur, mudah diimplementasikan dan scalable,” papar Chief of Revenue Officer Mekari Sandy Suryanto, Senin (29/9/2025).
Digitalisasi HSE+ memungkinkan perusahaan dapat lebih mudah melakukan monitoring kepatuhan, mencegah risiko kecelakaan, serta mendukung keberlanjutan lingkungan melalui data terintegrasi.
Sesuai dengan kebutuhan spesifik industri pertambangan, minyak, dan gas di Indonesia, sesuai dengan UU No 44 tahun 1960 yang mengatur tentang keselamatan & kesehatan kerja di sektor migas, serta Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2010 yang mengatur tentang pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dalam industri mineral dan batubara (pertambangan).
“Diharapkan bisa menciptakan standar baru dalam pengelolaan keselamatan kerja di industri pertambangan, minyak, dan gas,” papar Co-CEO TMS Consulting Albert Juanda.
(Taufik Fajar)