Selain itu, penting juga melihat dari sisi kemandirian ekonomi. Jika industri baja dalam negeri lemah dan terlalu bergantung pada impor, maka bukan hanya neraca perdagangan yang terganggu, tetapi daya saing industri nasional juga ikut tergerus.
“Karena itu, penyelamatan industri baja bukan sekadar menyelamatkan satu perusahaan, melainkan menjaga agar seluruh rantai industri tetap berjalan dan program besar seperti hilirisasi atau pembangunan infrastruktur tetap memiliki demand creation bagi industri baja kita,” pungkas Andry.
Terpisah, pengamat BUMN Toto Pranoto juga menilai positif upaya restrukturisasi utang Krakatau Steel. ”Kalau saat ini Karakatau Steel mendapatkan kemudahan lagi dari para kreditur perbankannya, saya kira merupakan satu peluang agar ke depan KS bisa menata organisasi dengan lebih baik,” kata Toto.
Selain restrukturisasi utang, Toto juga sepakat, bahwa Krakatau Steel harus mendapat dukungan penuh dari Danantara. Dalam hal ini, Danantara harus memposisikan Karakatau Steel sebagai salah satu industri strategis yang memang harus diperkuat.
”Jadi kalau kondisinya sulit, kemudian bisa dapat relaksasi dari bank, kemudian ada kebutuhan modal kerja, ya seoptimal mungkin Danantara seharusnya hadir. Saya kira akan sia-sia proses restrukturisasi yang sudah dicapai Krakatau Steel ini jika ke depan tidak bisa menjalankan operasi karena tidak punya modal kerja. Akan cukup repot nanti jika kita tidak punya industri strategis seperti Krakatau Steel,” jelas Toto.
(Dani Jumadil Akhir)