JAKARTA – Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkapkan tingginya harga beras di sejumlah wilayah Indonesia Timur disebabkan masalah distribusi. Meskipun secara nasional harga beras stabil, namun di beberapa daerah terpencil, harga melampaui batas Harga Eceran Tertinggi (HET).
Menurut Mendag, kondisi geografis dan sulitnya jalur distribusi menjadi faktor utama yang menyebabkan harga beras di wilayah timur, seperti Papua, masih tinggi.
"Pada prinsipnya, kemarin kan rapat sama Pak Mentan, terkait dengan harga itu kan memang relatif stabil ya. Tapi ada daerah-daerah tertentu seperti Papua itu kan karena distribusinya agak susah, tapi rata-rata nasional stabil," sebutnya dalam acara Town Hall Meeting Satu Tahun Kemenko Pangan, Selasa (21/10/2025).
Budi menambahkan, harga beras di wilayah barat Indonesia seperti Sumatera dan Jawa saat ini berada di bawah HET. Namun, karena harga rata-rata nasional memperhitungkan seluruh wilayah, maka daerah timur yang mengalami kendala distribusi membuat angka keseluruhan tampak lebih tinggi.
"Kalau kita lihat yang barat ya, Sumatera, Jawa kan semua di bawah HET. Cuma karena ini harga rata-rata nasional, yang sebelah timur ada sedikit, distribusinya harus kita beresin. Tapi harga stabil semua," ujarnya.
Untuk mengatasi ketimpangan harga tersebut, Mendag menyebut akan menggelar operasi pasar di sejumlah wilayah timur bersama Kementan. Langkah ini diharapkan dapat menstabilkan harga dan memperlancar pasokan beras ke daerah-daerah yang terdampak.
Selain itu, pemerintah juga membentuk Satgas Pengendalian Harga Beras yang bertugas mengawasi distribusi dan memastikan ketersediaan stok di lapangan.
"Kita bersama-sama membantu pengawasan distribusinya,” pungkas Mendag.
(Feby Novalius)