JAKARTA – Bank Indonesia (BI) meminta perbankan nasional untuk segera menurunkan suku bunga kredit menyusul penurunan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar total 150 basis poin sejak September 2024.
Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan, bank yang cepat menyesuaikan suku bunga kreditnya akan memperoleh insentif likuiditas lebih besar dari BI.
“Makanya ikan sepat, ikan gabus. Semakin cepat, semakin bagus. Jadi kebijakan insentif likuiditas yang dilakukan adalah seperti itu,” ujar Perry dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (22/10/2025).
Perry menjelaskan, BI telah menaikkan porsi insentif likuiditas dari semula 5 persen menjadi 5,5 persen dari total dana pihak ketiga (DPK) untuk mempercepat transmisi kebijakan moneter melalui penyaluran kredit.
“Kalau realisasi lebih gede, ya ditambah lebih gede insentifnya. Kalau realisasi lebih rendah dari rencana, ya lebih rendah. Itu untuk penyaluran kredit ke sektor-sektor prioritas,” jelas Perry.
Deputi Gubernur BI Juda Agung menambahkan, bank yang paling cepat menurunkan suku bunga kredit akan mendapatkan tambahan insentif maksimum sebesar 0,5 persen dari DPK-nya.
“Kita mendorong bank-bank untuk segera melakukan penyesuaian suku bunga kredit terhadap penurunan BI Rate, jadi pada intinya bank-bank semakin cepat dia menurunkan suku bunga kreditnya, akan mendapatkan insentif likuiditas, yaitu maksimum 0,5 persen dari DPK-nya,” ujar Juda.
Menurutnya, sejumlah bank besar telah mulai menurunkan suku bunga kredit, meski secara keseluruhan penyesuaiannya masih terbatas.
“Semakin cepat, semakin besar insentif likuiditasnya. Kami sudah lihat ada beberapa bank besar yang mulai menurunkan, tapi sebagian besar masih terbatas. Jadi bank-bank yang menurun dengan cepat, kita akan berikan insentif likuiditas yang lebih tinggi,” ujarnya.
Sementara itu, Deputi Gubernur BI Aida S. Budiman menilai penurunan suku bunga perbankan masih jauh tertinggal dibandingkan dengan penurunan suku bunga kebijakan.
“Nah yang perlu diperkuat adalah transmisinya di suku bunga perbankan, si ikan sepat, ikan gabus tadi. Di DPK, itu baru turun 1 bulan, 29 basis point. Bayangkan, 150 basis point, baru turun 29 basis point. Di kredit apalagi, baru turun 15 basis point. Jadi inilah yang ingin dilakukan oleh Bank Indonesia,” kata Aida.
Aida berharap kebijakan insentif likuiditas ini mampu mempercepat pertumbuhan kredit yang ditargetkan mencapai 8–11 persen pada tahun ini.
“Kemudian juga undisbursed loan yang masih tinggi Rp 2.374,8 triliun atau 22,54 persen dari platform yang tersedia, ini bisa disalurkan, sehingga rencana target kredit 8–11 persen akan terjadi,” ujarnya.
(Taufik Fajar)