JAKARTA - Industri kelapa sawit kini mendapat dorongan menuju praktik keberlanjutan setelah hadirnya ESG Advisory Playbook pertama di Tanah Air. Dengan panduan ini, pelaku usaha dapat mempercepat transisi hijau dan memenuhi tuntutan regulasi global seperti European Union Deforestation Regulation (EUDR).
Inisiatif ini menjadi langkah penting bagi sektor sawit nasional untuk memperkuat daya saing, memastikan kepatuhan rantai pasok, serta menavigasi perubahan kebijakan lingkungan yang semakin ketat.
ESG Advisory Playbook untuk sektor perkebunan kelapa sawit dibuat BNI. Ini menjadi panduan komprehensif untuk mendampingi debitur dalam melakukan transisi hijau secara terarah, terukur, dan sesuai standar global.
Langkah strategis tersebut merespons meningkatnya tuntutan internasional terhadap praktik industri sawit yang berkelanjutan, termasuk regulasi European Union Deforestation Regulation (EUDR) yang berdampak langsung pada rantai pasok komoditas sawit Indonesia.
Wakil Direktur Utama BNI Alexandra Askandar menjelaskan, playbook ini merupakan alat pendampingan strategis bagi pelaku industri sawit untuk memperkuat praktik keberlanjutan mereka di tengah dinamika regulasi global.

"Advisory playbook ini merupakan panduan bagi para pelaku usaha untuk memulai dan meningkatkan upaya transisi sesuai strategi dan kapabilitas perusahaan, sehingga proses transisi dapat dilakukan secara lebih sistematis dan terarah," ujar Alexandra, Kamis (20/11/2025).
Alexandra menambahkan, playbook ini fokus pada implementasi Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI) bagi debitur sektor energi. Tahun ini, BNI memperluas cakupan pendampingan ke sektor kelapa sawit sebagai sektor strategis dengan kontribusi besar terhadap ekonomi nasional.
"Sebagai bank pertama di Indonesia yang memiliki advisory playbook, hal ini menegaskan komitmen BNI untuk terus menjadi mitra debitur dan mendukung proses transisi Indonesia menuju target NDC 2060 atau lebih cepat," jelasnya.
Adapun penyusunan playbook dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD) pada 30 Oktober 2025 dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk International Finance Corporation (IFC), Kementerian Pertanian, GAPKI, serta PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV). Masukan dari para pemangku kepentingan menjadi fondasi penting sehingga playbook bersifat aplikatif, relevan, dan mampu menjawab tantangan nyata industri sawit di lapangan.
Sementara itu, Ketua Kelompok Budidaya Kelapa Sawit Direktorat Kelapa Sawit dan Aneka Palma Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Togu Rudianto Saragih menilai, arah kebijakan untuk mempercepat transisi keberlanjutan di sektor sawit, sementara Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Mukti Sardjono menegaskan pentingnya kolaborasi lintas pelaku usaha.
Lebih lanjut Alexandra mengatakan, peluncuran playbook ini bukan hanya bentuk dukungan sesaat, melainkan bagian dari komitmen pendampingan jangka panjang kepada debitur dalam menghadapi perubahan lanskap industri global.
(Feby Novalius)