Lebih lanjut Andriko juga menekankan pentingnya percepatan penyaluran bantuan pangan beras 10 kg dan minyak goreng 2 liter oleh Bulog di seluruh kabupaten/kota di Bali.
Percepatan ini krusial untuk memastikan kelompok penerima manfaat terlindungi dari potensi tekanan harga menjelang Natal dan Tahun Baru, sekaligus menjadi bantalan agar gejolak di lapangan dapat segera ditekan.
“Bantuan pangan ini bukan hanya intervensi sosial, tetapi bantalan stabilisasi. Karena itu, kami minta Bulog mempercepat penyaluran dan memastikan tidak ada hambatan di lapangan,” ujar Andriko.
Selain melalui bantuan pangan, Bapanas juga memperkuat stabilisasi dengan mendorong percepatan distribusi Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) beras di seluruh jalur ritel modern maupun pasar tradisional.
SPHP dipastikan tidak hanya menjaga keterjangkauan harga di tingkat konsumen, tetapi juga berfungsi melindungi petani pada masa panen raya agar harga di hulu tidak jatuh.
Berdasarkan laporan Kanwil Bulog Bali, dari target 20.157.363 kilogram, realisasi harian penyaluran SPHP tercatat 8.550 kilogram dengan total akumulasi 7.955.155 kilogram atau 39,47 persen. Sisa target sebesar 12.202.208 kilogram terus dikejar agar harga beras tetap berada dalam koridor HET.
Andriko menegaskan percepatan distribusi harus dilakukan lebih agresif, termasuk pemetaan ulang saluran distribusi oleh Bulog dan masukan Ditreskrimsus terkait titik-titik kabupaten/kota yang perlu intervensi SPHP untuk menjaga kestabilan harga menjelang Nataru dan HBKN Desember.
“Sesuai arahan Mentan/Kepala Bapanas Andi Amran Sulaiman, SPHP adalah backbone stabilisasi harga. Di Bali, realisasinya terus kami akselerasi agar efektif menjaga keterjangkauan serta memastikan intervensi dilakukan tepat di titik yang membutuhkan," tegas Andriko.
"SPHP harus berjalan sepanjang tahun dengan pola distribusi yang cermat dan terukur, disesuaikan dengan kondisi lapangan agar benar-benar tepat sasaran dan tepat waktu," pungkasnya.
(Taufik Fajar)