Jumlah kunjungan kapal dan penambahan rute layanan juga berkontribusi pada arus peti kemas. Pada Terminal Teluk Lamong, misalnya, terdapat sedikitnya 26 kunjungan kapal yang tercatat mulai Januari sampai dengan September 2025.
“Pertumbuhan yang cukup besar terjadi di TPK Semarang, hal ini tak lepas dari meningkatnya aktivitas industri di beberapa lokasi seperti Kawasan Industri Kendal, Kawasan Industri Sayung dan Kawasan Industri Batang,” lanjut Widyaswendra.
Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Didik J. Rachbini di hadapan para pimpinan perusahaan pelayaran internasional dan domestik menyebut pertumbuhan arus peti kemas tidak akan jauh dari pertumbuhan ekonomi nasional.
Pada triwulan III-2025 perekonomian Indonesia tumbuh 5,04 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Menurut Didik, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional diperlukan peningkatan aktivitas produksi melalui industrialisasi.
“Industri adalah faktor kunci dalam perekonomian nasional khususnya manufaktur, perdagangan meningkat, nilai ekspor juga akan meningkat, peluang kerja meningkat, yang juga tentu akan berdampak pada peningkatan arus peti kemas” katanya.
Rachbini mencontohkan program hilirisasi nikel yang mulai menunjukkan hasil. Nilai ekspor produk turunan nikel pada 2024 tercatat sebesar 33,9 miliar Dolar AS meningkat jauh dari 2017 yang tercatat sebesar 3,3 miliar Dolar AS.