Meski demikian, Hery menggarisbawahi bahwa nilai undisbursed loan masih tinggi karena sebagian debitur memilih bersikap wait and see sebelum merealisasikan penarikan kredit untuk ekspansi usaha. Ia juga menilai, daya beli masyarakat menengah ke bawah melemah dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.
Namun begitu, Hery memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan akan lebih baik dibandingkan 2025. Perkiraan pertumbuhan kredit berada pada kisaran 9% hingga 11%, atau single digit atas.
"Kelihatannya angkanya berkisar antara 9 sampai 11 persen gitu ya. Dan beberapa analis menyebutkan bahwa masih tetap tumbuh single digit tapi single digit," imbuhnya.
Sejumlah indikator perbankan juga menunjukkan perbaikan. Per modal industri pada September 2025 tercatat berada di kisaran 26%, sementara tingkat kredit bermasalah (NPL) terjaga di level 2,2%–2,4%. Ia menilai perkembangan tersebut menunjukkan pertumbuhan sektor perbankan yang stabil namun moderat.
"Harapannya tahun depan kalau jika nanti akan banyak fiscal policy dan juga monetary policy bersamaan juga dengan apa yang dilakukan dari sisi pembiayaan APBN oleh pemerintah, kementerian keuangan dan seterusnya, harapannya sektor real akan bergerak dan kalau sektor real bergerak ya kemudian kredit perbankan juga akan ikut mendukung hal itu," pungkasnya.
(Taufik Fajar)