Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Pemerintah Siapkan Pembangunan Jembatan Perintis di Aceh Tamiang, Membentang 250 Meter

Tangguh Yudha , Jurnalis-Minggu, 28 Desember 2025 |13:05 WIB
Pemerintah Siapkan Pembangunan Jembatan Perintis di Aceh Tamiang, Membentang 250 Meter
Pemerintah Siapkan Pembangunan Jembatan Perintis di Aceh Tamiang (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Kemenko Infra) menyiapkan pembangunan jembatan perintis di Aceh Tamiang yang sebelumnya terdampak bencana banjir bandang dan longsor.

Staf Khusus Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Bidang Percepatan Pembangunan, Irjen Pol Arif Rachman mengungkap setidaknya ada dua tim yang telah dikirim untuk mempercepat pemulihan lokasi terdampak.

“Atas instruksi Bapak Menko, kami langsung berangkat bersama tim ahli yang berjumlah 26 personel, sekaligus membawa bantuan logistik untuk mempercepat penanganan di titik-titik paling krusial,” ujar Stafsus Arif, dikutip Minggu (28/12/2025).

Stafsus Arif menjelaskan, salah satu fokus utama dalam fase tanggap darurat adalah pemulihan konektivitas wilayah yang terputus akibat rusaknya infrastruktur jembatan. Untuk itu, Kemenko Infra menyiapkan pembangunan jembatan perintis di Desa Lubuk Sidup, Kecamatan Sekerak, Kabupaten Aceh Tamiang, dengan bentang sekitar 250 meter.

“Karena bentang jembatan melebihi 100 meter, sementara ini kami menggunakan jembatan perintis agar konektivitas antarwilayah bisa segera dipulihkan,” jelasnya.

Jembatan tersebut dirancang dapat dilalui oleh pejalan kaki, kendaraan roda dua, serta gerobak pengangkut logistik, sehingga distribusi bantuan dari Aceh Tamiang menuju Aceh Timur dapat kembali berjalan. Selama proses pembangunan berlangsung, pengiriman bantuan masih dilakukan menggunakan perahu karet.

 

Selain penanganan konektivitas, tim Kemenko Infra juga membawa instalasi pengolahan air bersih yang dikembangkan bersama Kementerian Kesehatan. Sistem ini memanfaatkan air sungai yang dipompa secara portabel, kemudian ditampung dan diendapkan selama 20–25 menit.

“Air hasil pengolahan ini minimal dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan MCK. Untuk air minum, masih diperlukan proses lanjutan oleh tim Kemenkes,” ujar Stafsus Arif.

Kemenko Infra turut membawa contoh rumah modular knockdown berbahan beton ringan yang dirancang agar mudah dirakit dan mempercepat penyediaan hunian sementara bagi warga terdampak. Meski demikian, Stafsus Arif menegaskan bahwa saat ini prioritas utama tetap pada pemulihan jembatan dan akses wilayah.

“Ini masih rumah contoh. Fokus utama kami tetap memastikan konektivitas agar distribusi logistik tidak terhambat,” katanya.

Lebih lanjut, Stafsus Arif menyampaikan bahwa meskipun bantuan juga disalurkan ke wilayah Sumatra Utara dan Sumatra Barat, Aceh khususnya Aceh Tamiang menjadi prioritas karena masih terdapat sejumlah daerah yang terisolasi.

“Semua wilayah terdampak menjadi perhatian, namun Aceh membutuhkan percepatan penanganan saat ini,” ujarnya.

Distribusi bantuan dilakukan melalui jalur laut menggunakan KRI Semarang 594, yang bergerak dari wilayah Pantai Timur menuju Lhokseumawe, kemudian berlanjut ke kawasan Pantai Barat seperti Nagan Raya. Stafsus Arif menekankan bahwa penanganan bencana dilakukan secara bertahap, dimulai dari tanggap darurat, kemudian rehabilitasi, hingga rekonstruksi.

“Prinsip penanganan kami meliputi quick response, build better, dan accessible. Namun seluruh tahapan tersebut membutuhkan waktu, perencanaan yang matang, serta kolaborasi lintas kementerian dan lembaga,” katanya.

(Taufik Fajar)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement