JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menuturkan, inflasi masih terkendali meskipun terdapat risiko peningkatan tekanan inflasi ke depan.
Gubernur BI Darmin Nasution mengatakan, inflasi IHK pada triwulan I-2012 tercatat 0,88 persen (qtq) sehingga secara tahunan tercatat sebesar 3,97 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
"Di sisi lain, inflasi inti masih cenderung terkendali dan berada pada level yang relatif rendah (4,25 persen, yoy)," kata Darmin di Jakarta, Kamis (12/4/2012).
Sumber tekanan inflasi antara lain berasal dari rendahnya deflasi kelompok bahan pangan meskipun telah memasuki masa panen raya. Sementara itu, inflasi administered prices relatif rendah seiring dengan tidak adanya perubahan kebijakan dibidang harga komoditas strategis.
"Ke depan, Bank Indonesia akan terus mewaspadai risiko meningkatnya ekspektasi inflasi terutama yang terkait kemungkinan kebijakan BBM yang ditempuh oleh pemerintah," imbuhnya.
Apabila kebijakan BBM tersebut ditempuh Pemerintah, BI tetap meyakini bahwa dampaknya terhadap inflasi akan bersifat temporer (one-time shock). Meskipun demikian, BI akan mengoptimalkan berbagai kebijakan yang diperlukan untuk meminimalkan dampak temporer inflasi tersebut dan mengendalikan tekanan inflasi ke depan sesuai kondisi fundamental agar berada dalam sasarannya.
Dalam hal ini, BI akan memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah ditempuh selama ini. Respon kebijakan suku bunga tetap diarahkan untuk mengendalikan tekanan inflasi dari sisi fundamental sesuai prakiraan makroekonomi ke depan.
Sementara itu, untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam jangka pendek yang bersifat temporer, kebijakan difokuskan pada penguatan operasi moneter dan pengendalian ekses likuiditas secara terukur. Di samping itu, koordinasi dengan Pemerintah akan terus diperkuat, baik dengan pemerintah pusat melalui forum TPI maupun dengan Pemerintah daerah melalui forum TPID.
(Widi Agustian)