Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Dolar AS Banyak Diburu, Rupiah Ditaksir Melemah

Rizkie Fauzian , Jurnalis-Senin, 27 Agustus 2012 |07:58 WIB
Dolar AS Banyak Diburu, Rupiah Ditaksir Melemah
Ilustrasi. (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA -  Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi cenderung melemah. Rupiah, pada perdagangan hari ini, diprediksi berada di kisaran Rp9.490-Rp9.520 per USD.

Analis valas, Rahadyo Anggoro Widagdo, mengatakan melemahnya rupiah lebih di pengaruhi karena permintaan dolar AS yang lebih tinggi, pascalibur panjang yang terjadi selama Ramadhan.

"Serta kebutuhan korporasi di setiap akhir bulan untuk memenuhi kewajibannya dalam bentuk mata uang asing," kata dia dalam risetnya di Jakarta, Senin(27/8/2012).

Rahadyo menambahkan, kemungkinan Bank Indonesia (BI) akan masuk ke pasar valas apabila level rupiah dianggap sudah terlalu lemah. Menurutnya, BI akan konsisten menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Dia menjelaskan, masuknya aliran modal ke Indonesia yang menyebabkan posisi rupiah agak sedikit stabil terhadap dolar AS.  Masuknya aliran modal ini, sebagai dampak positif dari aturan hedging valas non residensial yang sudah mulai diberlakukan oleh BI. "Lebih lanjut BI melihat indikasi awal yang cukup positif dari rencana aturan baru tersebut," kata dia.

BI, rencananya akan mengeluarkan revisi relaksasi aturan terkait produk lindung nilai (hedging) pasar valuta asing (valas) akhir Agustus ini.

Selain itu, untuk menggenjot target pertumbuhan ekonomi, pemerintah juga memfokuskan pemberian insentif terhadap industri di dalam yang menciptakan bahan baku dan penolong. Hal ini dilakukan guna menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia dari overheating, yang dipicu oleh meningkatnya impor.

"Untuk itu dengan kebijakan pemberian insentif terhadap industri bahan baku dan penolong dapat menekan laju impor yang meningkat seperti contohnya di bidang mesin," tukasnya.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement