JAKARTA - Royal Bank of Scotland (RBS) menilai pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) di Indonesia akan membaik dalam waktu ke depan.
RBS Southeast Asian economist Enrico Tanuwidjaja menjelaskan, pergerakan Rupiah akan kembali membaik di akhir tahun 2013 dan bertahan di level Rp9.200 per USD.
"Kami melihat enam hingga sembilan bulan semakin melemah, kita menargetkan di akhir 2012 di posisi Rp9.600 hingga Rp9.700 per USD ini level yang lumayan fair," ungkapnya di acara Economic Outlook dari RBS, Di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis (30/8/2012).
Enrico melanjutkan, jika dilihat dari sisi suku bunga acuan (BI Rate) dia juga memperkirakan Bank Indonesia akan tetap menjaga kisaran suku bunga di level 5,75 persen hingga akhir tahun 2012.
Hal itu dikarenakan, sebab jika BI tetap memangkas suku bunga acuan dapat memperburuk pelemahan rupiah, sehingga akan memicu inflasi lebih tinggi, meningkatkan utang mata uang asing, dan membebani investasi.
"Ini penting karena rupiah bukan dimanage oleh BI secara mutlak tapi sebagai. BI harus memantau fluktuasi dan menjaga agar volatilitas cukup terjaga," paparnya.
Sementara itu, menguatnya nilai tukar rupiah nanti juga didukung oleh surplusnya transaksi berjalan di 2013, dengan asumsi harga komoditas akan semakin membaik atau bahkan dapat dikatakan stabil.
"Rupiah melemah secara natural, karena imbas dari tingginya impor dan saat ini Eropa masih mengalami keterlambatan," pungkasnya.
(Widi Agustian)