Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Prediksi Inflasi Tinggi Tekan Pergerakan Rupiah

Rizkie Fauzian , Jurnalis-Senin, 03 September 2012 |08:03 WIB
Prediksi Inflasi Tinggi Tekan Pergerakan Rupiah
Ilustrasi. (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah dan bertahan di level Rp 9.560 per USD. Pergerakan ini dipicu seiring aksi beli USD oleh para eksportir sebagai profit taking atas penguatan tajam USD.

Menurut analis Indosurya Asset Management Reza Priyambada hal tersebut karena dipengaruhi oleh beberapa hal, dari internal Gubernur BI, Darmin Nasution, mengatakan indeks harga konsumen (inflasi) selama bulan Agustus 2012 diperkirakan akan terjadi peningkatan hingga bisa menembus 0,8 persen dan untuk inflasi YoY pun juga dipresiksi mencapai 4,5 persen.

"Kenaikan inflasi pada bulan Agustus disebabkan karena tingginya angka konsumsi saat hari raya Lebaran. Ia juga menambahkan kondisi APBN Indonesia tergolong sangat sehat," ungkapnya di Jakarta, (3/8/2012).

Bahkan, defisit APBN yang saat ini sebesar 2,23 persen masih bisa dinaikkan nilai defisitnya hingga angka 3,23 persen. Indonesia masih memiliki ruang fiskal dan moneter yang baik sehingga membuat kondisi neraca keuangan pemerintah lebih baik daripada AS dan Eropa

Selain itu adanya optimisme di Asia tentang penilaian perbaikan ekonomi di China. Kondisi pasar China sekarang ini sedang fokus pada data-data manufaktur PMI China versi pemerintah dan versi HSBC yang angkanya diestimasi akan mengalami perbaikan. "Sementara dari Eropa, pasar memiliki harapan adanya program terbaru yang akan diumumkan pada pertemuan ECB pada Kamis," tambah dia,.

Di sisi lain, Presiden ECB, Mario Draghi, diperkirakan mengumumkan program terbaru untuk membatasi spread yield obligasi antara Jerman dengan Italia dan Spanyol.

Ada pula potensi intervensi ECB di pasar sekunder pada obligasi Spanyol dan Italia sehingga aksi spekulasi bisa dikurangi. Jika hal tersebut dikurangi maka diperkirakan akan beralih ke mata uang berisiko yang bisa mempengaruhi pergerakan Euro.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement