YOGYAKARTA - Pemerintah melakukan perubahan paradigma konsumsi energi. Jika selama ini paradigma konsumsinya mengarah pada pengelolaan energi dari manajemen berdasaraan suplai. Ke depan, paradigmanya akan diubah menjadi ke manajemen berdasarkan pemanfaatan.
Staf Kementerian ESDM Agung Prasetyo mengatakan, perubahan paradigma tersebut dibutuhkan untuk langkah antisipasi kelangkaan energi di masa yang akan datang. Meski beberapa tahun terakhir pengembangan energi terbarukan sudah mendapatkan perhatian, namun pada kenyataannya, penggunaan energi terbarukan masih belum menjadi pilihan utama. Keberadaan energi terbarukan masih menjadi pilihan alternatif atau dengan kata lain energi fosil masih menjadi pilihan utama dari masyarakat.
"Selama ini energi terbarukan hanya dimanfaatkan sebagai alternatif saja, energi fosil masih jadi yang utama," paparnya, dalam simposium Peranan Kimia Dalam Mendukung Ketahanan Pangan dan Energi dalam rangka Dies Natalis FMIPA UGM, Kamis (20/9/2012).
Ke depan pemerintah menurutnya, akan mencoba lebih mengefesienkan kebutuhan energi, Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan memaksimalkan penyediaan dan pemanfaatan energi terbarukan. Kebijakan tersebut diharapkan dapat mendorong terjadinya perubahan paradigma energi terbarukan menjadi pilihan utama dapat segera terealisasi.
Targetnya, keberadaan energi fosil kedepan menjadi faktor penyeimbang pemenuhan kebutuhan dan ketananan energi. "Untuk itu kita coba ubah paradigma yang ada, ke depan energi fosil digunakan sebagai faktor penyeimbang untuk menjaga ketahanan energi," tambahnya.
Pakar energi UGM Prof Karna Wijaya menyebutkan, ada tiga hal yang dapat dilakukan pemerintah untuk penguatan dan ketahanan energi. Yang pertama pencarian deposit-deposit minyak potensial dengan tetap mengelola sumur-sumur lama secara lebih efisien. Kemudian mengeksploitasi energi fosil dan menggunakan secara bijak melalui penghematan dan kontrol ketat.
Kontrol ketat dibutuhkan untuk memperpanjang tingkat ketersediaan energi dari fosil. "Yang tak kalah penting utuk segera dilakukan adalah mengembangkan biofuel atau bahan bakar nabati yang lebih ramah lingkungan dan bersifat terbarukan," tandasnya.
Biofuel menurut Karna, akan menjadi sumber energi alternatif yang sangat potensial untuk dikembangkan. Hal tersebut tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan energi terbarukan, tetapi juga dapat berfungsi untuk membuka lapangan kerja bagi masyarakat.