JAKARTA - Nilai tukar rupiah dalam dua hari ini bergerak dengan fluktuasi tinggi. Bahkan, kurs tengah Bloomberg mencatat rupiah sempat menembus level Rp10 ribu per USD.
Direktur Eksekutif Komunikasi BI Difi A Johansyah menilai, pelemahan nilai tukar rupiah ini terjadi karena adanya penguatan dolar Amerika Serikat (AS) secara regional. Di lain sisi juga ada siklus tahunan di mana kebutuhan korporasi akan USD meningkat untuk melakukan pembayaran ke luar negeri dan juga impor.
"Itukan membuat kebutuhan dolar AS tinggi, jadi kombinasi kondisi regional dan domestik tadi. NDF naik karena ada kekhawatiran, jadi ini mengganggu. Yang penting kan Jisdor itu yang riil," kata dia dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (11/6/2013).
"Kalau kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) stabil, nanti Non Delivery Formward (NDF)-nya juga akan mengikuti," tambah dia
Di sisi lain, asumsi rupiah dalam Rancangan APBN 2014 di level Rp9.600 per USD, optimistis dapat dicapai. Dia mengatakan, BI siap untuk masuk ke pasar bila dibutuhkan.
"Inikan asumsi rata-rata setahun, kami tetap optimis sampai akhir tahun, kan neraca pembayaran juga membaik. Kita akan jaga, Tak hanya cadangan devisa saja, kita juga bisa dengan mempertemukan yang punya valas dengan yang butuh. Kan ada juga yang punya valas di sini," tutup Difi.
(Martin Bagya Kertiyasa)