Menurut pengamat Sofyano Zakaria, kelemahan pertama di balik kebijakan harga BBM adalah sikap pemerintah yang ambivalen dan ragu-ragu. “Dalam menaikan harga BBM, pemerintah itu menghadapi pro dan kontra cukup besar. Ada demo dan lain-lain. Tetapi tiba-tiba harga bisa naik dan turun lagi,” ujar Zakaria, dalam talkshow Mencermati Kebijakan Energi Pemerintah, MNC Business, Rabu (25/3/2015).
Dengan naik turunnya harga BBM akan membuat pelaku pasar bingung dalam menentukan bisnisnya. Sehingga membuat tidak kepastian situasi.
Kelemahan kedua, adalah pemerintah tidak pernah mampu mengendalikan harga-harga sebagai imbas kenaikan harga BBM . “Untuk mengendalikan harga transportasi umum saja pemerintah sulit. Apa lagi yang lain. Harga-harga sudah liar,” ujarnya.
Menurutnya, risiko inilah yang tidak dikalkulasi secara matang oleh pemerintah. Termasuk risiko inflasi yang akan terdongkrak.
“Kebijakan pemerintah itu labil. Yang pasti harga minyak akan stuck dan ada fluktuasi harga termasuk rupiah. Kalau harga BBM naik, sementara rupiah menguat dan nanti melemah lagi, jadi tidak tepat,” ujarnya. (rzk)
(Rani Hardjanti)