JAKARTA - Banyak dari masyarakat awam yang berpikiran bahwa dengan perekonomian yang meningkat karena kebijakan pemerintah, maka akan mempengaruhi nilai tukar Rupiah. Padahal kondisi kurs merupakan salah satu pendorong laju perekonomian.
VP Corporate Development & Chief Market Analyst Jameel Ahmad mengatakan, sejatinya kondisi Rupiah hanya dipengaruhi nilai tukar dolar Amerika Serikat (USD) dan harga komoditas minyak dunia.
"Jadi untuk nilai tukar Rupiah sendiri tidak bergantung pada kondisi perekonomian dalam negeri. Situasi perekonomian dalam negeri lebih pengaruh ke pasar modal," ucapnya di Hotel Indonesia Kempinsky, Jakarta, Selasa (26/4/2016).
Kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah saat ini hanya memiliki sentimen psikologis. Sehingga, kebijakan pemerintah hanya mempengaruhi kondisi pasar modal yang sensitif akan informasi bukan ke indeks mata uang.
Kendati begitu, Jameel memprediksi nilai tukar Rupiah hari ini akan tetap menguat. Pasalnya, dolar AS diprediksi akan tetap berada pada levelnya saat ini lantaran The Fed masih berhati-hati untuk menaikan suku bunga.
Selain itu, kondisi harga minyak dunia juga dipercayai sudah mencapai batas bawahnya di level USD36 per barel dan terus meningkat hingga level USD44 per barel. "Kalau sudah bisa tembus USD44 per barel maka saya yakin harga minyak akan terus meningkat," pungkasnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)