MAKASSAR - Kantor Bank Indonesia Makassar mencatat Sulawesi Selatan mengalami inflasi bulanan 0,68 persen (mark to market), sehingga inflasi tahunannya menjadi sebesar 3,81 persen (year over year) pada Juli 2012.
Inflasi Sulsel ini lebih rendah dibandingkan dari inflasi nasional sebesar 0,70 persen (mtm) atau secara tahunan sebesar 4,56 persen (yoy). Inflasi tahunan per Juli 2012 lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2011 lalu yang menyentuh 5,05 persen (yoy).
"Laju inflasi bulanan kelompok volatile food sebesar 1,84 persen (mtm), meningkat dari bulan lalu yang 1,38 persen (mtm). Inflasi bulan ini lebih rendah dari rata-rata inflasi bulan Juli selama sepuluh tahun terakhir (2,48 persen)," ujar Kepala Kantor BI Makassar Mahmud, Jumat (17/8/2012).
Mahmud merunut, komoditas strategis yang mendorong inflasi adalah ikan segar (bandeng, layang, dan cakalang), daging ayam ras, dan telur ayam ras. Selain karena meningkatnya permintaan, kenaikan harga juga dipengaruhi kenaikan harga internasional (jagung).
Dipaparkan, inflasi inti meningkat menjadi sebesar 0,36 persen (mtm), relatif lebih rendah dari inflasi bulan lalu 0,76 persen (mtm). Turunnya inflasi inti disebabkan karena relatif stabilnya harga bahan bangunan dan nilai tukar rupiah. Permintaan bahan bangunan menurun karena melambatnya aktivitas konstruksi di bulan puasa
Namun demikian, kenaikan harga gula hingga 11 persen (mtm) perlu diwaspadai. Inflasi administered price relatif rendah, yaitu sebesar 0,06 persen (mtm). Inflasi di seluruh kota tempat pengukuran inflasi Sulsel, terutama disumbangkan oleh inflasi volatile food (bahan makanan).
Pada Juli 2012 inflasi Kota Makassar paling rendah dibandingkan kota-kota lainnya, yaitu sebesar 0,60 persen (mtm), sementara inflasi di Parepare tercatat paling tinggi (1,09 persen).
Bahan makanan menjadi penyumbang utama inflasi di empat kota (Makassar, Parepare, Palopo, Watampone) di Sulsel. Sepuluh komoditas (ikan bandeng, daging ayam ras, telur ayam ras, bawang putih, gula pasir, ikan layang, mie, kacang panjang, daging sapi, ikan cakalang) merupakan komoditas penyumbang inflasi terbesar pada Juli 2012, sehingga perlu mendapat perhatian dari pemerintah daerah di masing-masing kabupaten dan kota.
Menurut Mahmud, Kantor BI Makassar telah bekerja sama dengan otoritas pemerintahan di Sulsel untuk mengendalikan menjelang bulan puasa dan Lebaran Idul Fitri 2012. Di antaranya, melakukan Rapat Koordinasi untuk menjamin pasokan dan stok bahan pokok, yang dipimpin langsung oleh Gubernur Sulsel pada 16 Juli 2012.
Di samping itu, menyelenggarakan Pasar Murah Ramadhan di 27 titik (24 kabupaten dan kota) se-Sulsel bekerjasama dengan Kadinda, Perbankan, BUMN, dan Kodam VII Wirabuana. Melakukan pemantauan harga dan stok harian dari pasar tradisional dan distributor besar, terutama untuk komoditas gula, minyak goreng, tepung terigu, dan beras. Meminta prioritas distribusi gula impor untuk kawasan timur Indonesia, khususnya Sulawesi Selatan.
"Dan mengarahkan pada distributor untuk menjaga ketahanan pasokan agar dapat memenuhi peningkatan kebutuhan masyarakat selama bulan Puasa," ujarnya.
Sedangkan di tingkat Kabupaten dan Kota se-Sulsel telah diselenggarakan pasar murah, dimanfaatkan peran koperasi untuk memperpendek rantai distribusi, dipanggil distributor dan produsen makanan untuk meningkatkan pasokan dan produksinya selama bulan puasa.
"Juga diperintahkan seluruh RPH (Rumah Potong Hewan) di Makassar untuk meningkatkan pemotongan hingga 100 ekor sapi per hari, dikirimkan edaran ke seluruh pasar modern di Makassar (minimarket dan supermarket) untuk memberikan diskon bagi sembako selama bulan puasa, dan dilakukan pemantauan langsung ketersediaan bahan makanan di pasar," tandas Mahmud.