JAKARTA - Usulan Tim Reformasi Tata Kelola Migas untuk menghapus RON 88 (premium) dan diganti dengan RON 92 (pertamax) dinilai tidak akan bisa dilaksanakan dalam waktu dekat.
Pengamat energi Marwan Batubara berpendapat, jika kilang minyak di Indonesia dipaksakan untuk memproduksi RON 92 akan menghabiskan biaya mahal.
"Soal siap itu siap, cuma biayanya bisa lebih tinggi, misalnya di Singapura biaya harganya 94 persen terhadap harga jual, nah di kilang kita bisa saja 104 atau 110 persen, karena kilang kita banyak yang tua," papar Marwan kepada Okezone, Rabu (31/12/2014).
Dia mengatakan bahwa biaya tersebut bisa diturunkan dengan cara memodernisasi kilang minyak yang ada. Namun sayangnya Marwan menyebutkan butuh waktu empat tahun untuk menunggu modernisasi kilang tua.
"Artinya buat apa RON 88 dihapus kalau kilang kita belum siap," jelasnya.
(Widi Agustian)