”Intinya, dapat mengalihkan (penumpang) dari udara ke kereta api, harganya pun nanti tidak akan jauh dengan tiket pesawat,” kata dia.
Selain ITB, BPPT juga menggandeng Universitas Diponegoro (Undip) Semarang dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya untuk menggarap proyek ini.
Rektor ITB Kadarsah Suryadi mengatakan, pihaknya melakukan studi ini dari bidang geohidrologi, geofisika, analisis data, perancangan, analisis teknik, hingga kontur kebumian. Pihaknya juga menyiapkan sumber daya manusia, termasuk desain suku cadang kereta jika mulai beroperasi.
”Kami siap bergabung menyiapkan SDM, maupun mendukung penyediaan suku cadang. Memproduksi pasti industri; tapi desain suku cadang, kami bisa berkontribusi,” katanya.
Sementara itu, pembangunan kereta cepat harus membebaskan sekitar 900 bidang tanah agar bisa meluncur mulus pada kecepatan yang telah ditentukan.