"Gap-nya tidak terlalu jauh, apalagi cost untuk di Bintuni kan untuk harga gasnya cuma sekira USD2. Jadi kalau dibeli USD3,7 (per MMBTU) floor price harusnya bisa masuk lah, apalagi ini berbasis formula. Kalau berbasis USD3,7 (per MMBTU), efektif price-nya mungkin di atas USD4 (per MMBTU)," jelasnya.
Sementara itu, LG International yang merupakan perusahaan asal Korea Selatan, kemungkinan akan menjadi investor terkait produksi gas pada kawasan ini. Namun, pemerintah masih belum dapat memastikan terkait hal ini.
"LG kan menjadi salah satu investor tapi kemungkinan kita masih lihat apa yang mereka ingin bangun," tukasnya.
(Fakhri Rezy)