JAKARTA - Gencarnya proyek pembangunan infrastruktur di Indonesia turut menjadi perhatian dari dunia internasional. Investasi pun terus mengalir hingga saat ini dari berbagai negara.
Indonesia juga diuntungkan dari rencana China yang akan membangun jalur sutra melalui program One Belt One Road (OBOR). Aliran dana dari China pun juga dapat dimanfaatkan oleh Indonesia untuk membangun proyek infrastruktur.
Tak hanya China, Jepang juga menyatakan niatnya untuk berinvestasi di Indonesia. Pelabuhan Patimban hingga kereta cepat Jakarta-Surabaya pun turut menjadi bidikan Jepang.
Baca Juga: Pacu Pembangunan Infrastruktur, Pemerintah Alokasikan Rp409 Triliun di 2018
Lantas, bagaimana posisi Indonesia dalam memilih investor antara kedua negara ini?
Menurut Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Luhut Binsar Pandjaitan, proyek infrastruktur nantinya perlu dibangun secara terintegrasi. Hal ini perlu menjadi perhatian dari investor untuk berinvestasi di Indonesia.
"Semua dibikin terintegrasi. Enggak bisa listrik saja, harus ada smelternya, pelabuhannya, transimisinya, jadi terintegrated," kata Luhut di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (19/8/2017).
Baca Juga: Tak Andalkan APBN, Bappenas Tingkatkan Kerjasama dengan Swasta
Integrasi program ini perlu dilakukan agar tercapainya efisensi biaya. Pilihan Indonesia pada calon investor pun akan ditentukan oleh biaya yang ditawarkan.
"Kalau tawaranmu lebih murah, cost-mu lebih murah, ya pakai punyamu," ujarnya.
Pemerintah kini telah memilih untuk melakukan tender dalam sebuah proyek. Dengan begitu, tak ada jaminan dari pemerintah untuk memilih negara tertentu sebagai investor dalam sebuah proyek infrastruktur.
"Sekarang ya mereka bersaing saja. Karena sekarang pemerintah ini sudah berbicara detail," tukasnya.
(Dani Jumadil Akhir)