JAKARTA - Karier cemerlang dan pekerjaan mapan menjadi idaman semua orang. Tak ayal, banyak orang berbondong-bondong memburu lowongan pekerjaan yang dibutuhkan.
Meski demikian, penduduk di 8 negara ini nampaknya tidak memiliki semangat bekerja seperti lazimnya penduduk di tempat lain. Hal ini terbukti dengan tingginya tingkat lowongan kerja yang tidak terisi sepanjang tahun sesuai data situs lowongan kerja indeed.com.
1. Amerika Serikat 27%
2. Kanada 22,3%
3. Jerman 21,4%
4. Prancis 18,3%
5. India 17%
6. Inggris 14,3%
7. Australia 12,2%
8. Italia 11,9%
Kota-Kota dengan Jam Kerja Terlama (Jam Kerja Seminggu)
Hong Kong (50,1 Jam)
Pekerja di Hong Kong menempati peringkat teratas sebagai pemilik waktu kerja terlama. Pekerja Hong Kong tercatat menghabiskan waktu 50,1 jam untuk bekerja dalam seminggu. Hong Hong memang dikenal sebagai rumah bagi perusahaan-perusahaan besar dunia. Para pekerja di Hong Kong bekerja lebih dari 27,4% rata-rata jam kerja dunia.
Mumbai, India (43,8 Jam)
Pekerja di Mumbai menghabiskan waktu 43,8 jam untuk bekerja dalam seminggu. Mumbai dikenal sebagai kota super sibuk ke-2 dunia. Pekerja di Mumbai menghabiskan waktu rata-rata 2.276,6 jam di kantor dalam satu tahun.
Mexico City Meksiko (43,5 Jam)
Pekerja di Mexico City menghabiskan waktu 43,5 jam untuk bekerja dalam seminggu. Kota ini menjadi pemilik pekerja keras tertinggi di negara barat. Rata-rata pekerja di sana mendapatkan cuti sebanyak 17,3 hari dalam setahun. Sementara, pekerja menghabiskan waktu bekerja 16,3% lebih banyak dari rata-rata penduduk dunia.
New Delhi, India (42,6 Jam)
New Delhi menjadi kota ke-2 di India yang masuk dalam peringkat. Pekerja di New Delhi rata-rata menghabiskan waktu 42,6 jam dalam seminggu untuk bekerja. Pekerja di sana rata-rata menghabiskan waktu bekerja 14,56% lebih lama dibanding penduduk dunia.
Jakarta, Indonesia (40,4 Jam)
Pekerja di Jakarta rata-rata menghabiskan waktu 40,4 jam untuk bekerja. Pekerja Jakarta menghabiskan waktu kerja 9,99% lebih lama. Di Jakarta, jatah cuti yang diberikan berada di kisaran 12 hari dalam setahun.
Kota dengan Jam Kerja Terpendek
Paris
Paris memiliki jadwal kerja yang paling santai di dunia. Berdasarkan laporan UBS, yang menganalisa kerja dan pola produktif di 71 kota di dunia, penduduk Ibu Kota Perancis rata-rata hanya bekerja 1.604 jam per tahun atau 4,3 jam per hari. Prancis memperkenalkan aturan kerja singkat ini 15 tahun yang lalu, di mana dalam sepekan jam kerja dibatasi 35 jam guna mendorong perusahaan mempekerjakan lebih banyak orang.
Lyon
Masih dari Perancis. Kota dengan jam kerja tersingkat nomor dua adalah Lyon. Rata-rata jam kerja di kota terbesar kedua di Perancis ini 1.631 jam per tahun atau sekitar 4,4 jam per hari. Karyawan di kota yang dikenal sebagai pusat coklat dan es krim Perancis itu setiap tahunnya berhak mendapatkan 29 hari libur yang dibayar
Moskow
Kota berikutnya yang menawarkan jam kerja terpendek nomor tiga di dunia adalah Moskow. Rata-rata karyawan di Ibu Kota Rusia itu hanya dituntut bekerja 1.647 jam per tahun atau 4,5 jam per hari. Bahkan, kota yang tengah dihantui kegagalan ekonomi itu memberikan jatah kepada setiap pekerjanya 31 hari libur yang tetap dibayar.
Helsinki
Bagi Anda yang mencari minggu kerja pendek dan kondisi politik yang stabil mungkin bisa mempertimbangkan untuk menetap di Helsinki . Di Ibu Kota Finlandia itu itu rata-rata karyawan hanya bekerja 1.659 jam per tahun atau 4,54 jam per hari. Selain itu, setiap pekerja di sana juga berhak atas 29 hari libur yang dibayar perusahaan. World Economic Forum menyebut Finlandia sebagai negara terbaik di dunia untuk mempersiapkan dan melatih tenaga kerja.
Vienna
Wina berada di urutan keempat kota dengan jam kerja terpendek di dunia. Dengan populasi penduduk 1,8 juta jiwa, Ibu Kota Austria itu termasuk lokasi yang cukup santai untuk menetap dan bekerja. Masa kerja karyawan di sana rata-rata hanya 1.678 jam per tahun atau hampir 5 jam per hari. Di kota kelahiran para musisi klasik dunia itu, setiap pekerja juga berhak menikmati 27 hari libur yang dibayar. Kota budaya ini memiliki reputasi dalam hal standar hidup, infrastruktur yang kokoh, serta sistem kesehatan yang cukup baik.
(Dani Jumadil Akhir)