"Sertifikat kompetensi ini merupakan tiket untuk memasuki arena persaingan global," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Menristekdikti M Nasir sependapat dengan pentingnya peran sertifikat tersebut. "Sayangnya, dewasa ini masyarakat Indonesia masih berorientasi pada gelar akademik. Akhirnya yang banyak hadir pun ialah institusi pendidikan yang berbasis sains, bukan vokasi," katanya.
Nasir mengatakan, saat ini Indonesia hanya memiliki 16 persen institusi pendidikan berbasis vokasi, sisanya berbasis sains, sementara di Tiongkok, proporsinya justru terbalik karena 70 persen institusi pendidikannya berbasis pada vokasi.
"Pola pikir seperti ini harus diubah karena gelar akademik tidak menjamin kemampuan dan keterampilan akan suatu bidang. Justru kompetensi yang diperoleh dari pendidikan vokasi yang menjadi penentu persaingan nantinya," katanya.
(Rizkie Fauzian)