Dia mengatakan, sebenarnya perkembangan pembangunan infrastruktur sudah on track. Sejak 2014, tren alokasi APBN untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur terus meningkat menggeser alokasi belanja subsidi energi.
Namun, kebutuhan pembiayaan infrastruktur terus meningkat sulit jika hanya mengandalkan APBN dan pembiayaan jangka pendek. Karena itu, diperlukan diversifikasi sumber alternatif pembiayaan infrastruktur melalui instrumen di pasar modal, di antaranya KIK EBA PT Jasa Marga (Persero) Tbk senilai Rp2 triliun, Efek Beragun Aset-Surat Partisipasi (EBA-SP) PT Sarana Multigriya Finansial(Persero) sebesarRp2,7 triliun, dan lainnya.
Menurut Wimboh, infrastruktur akan bermanfaat bagi masyarakat karena perekonomian di kawasan akan bergerak. Apalagi kalau dilanjutkan dengan pembangunan industri di sekitarnya.
Selain itu, pembangunan infrastruktur memberikan dampak positif pada pencapaian indikator sosial ekonomi Indonesia. Hal tersebut tercermin pada kuartal III/2017 pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil di angka 5,0% dengan inflasi relatif stabil dalam tingkat terkendali.
Adapun persentase pengangguran juga dalam tren menurun menjadi 5,5% pada Agustus 2017 dari 5,61% pada Agustus 2016. Sementara kemiskinan dan ketimpangan juga dalam tren menurun. ”Perbankan tidak akan kuat membiayai pembangunan infrastruktur.