JAKARTA – Pembentukan holding BUMN pertambangan dinilai strategis karena mengedepankan hilirisasi pertambangan yang mengutamakan pasokan bahan baku dalam negeri demi memajukan pertumbuhan industri hilir.
“Holding BUMN pertambangan sangat strategis untuk memacu hilirisasi pertambangan,” ujar Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara di Jakarta.
Sebab, kata Marwan, bisnis inti dari BUMN yang berada di bawah Inalum, seperti PT Aneka TambangTbk (Antam), PT Timah Tbk, dan PT Bukit Asam Tbk saling bersinergi mulai dari hulu ke hilir sehingga bisa menyediakan bahan baku industri dalam negeri secara efisien.
Baca Juga: Kuasai Saham Freeport, Aset Holding BUMN Tambang Bisa Tembus Rp200 Triliun
Selain itu, holding BUMN juga tidak akan mengalami kesulitan dalam hal pasokan energi karena memiliki beberapa alternatif pasokan energi primer untuk kebutuhan smelter. Marwan menambahkan, pihaknya juga mendorong Inalum berperan lebih dengan mengambil alih saham Freeport bagian pemerintah sebesar 9,36% dan divestasi saham Freeport yang bakal ditawarkan. Sebelumnya Direktur Utama PT Inalum, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, hilirisasi sumber daya alam memberikan kontribusi besar bagi negara karena dapat meningkatkan produk domestik bruto (gross domestic product/ GDP) secara signifikan.
Baca Juga: Aset Holding BUMN Tambang Rp90 Triliun, Bisa untuk Apa Saja?
Apabila seluruh produksi bauksit Indonesia diproses menjadi alumina dan alumunium di dalam negeri, maka nilainya akan meningkat tujuh kali lipat dibandingkan jika dijual bauksit mentah. Pengamat pertambangan, Aryanto Nugroho mengatakan, sudah sepatutnya BUMN pertambangan mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam untuk kepentingan nasional.
Selama ini kekayaan sumber daya alam hanya dikeruk dan dijual mentah keluar, sementara nilai tambahnya dinikmati negara-negara lain. Langkah Inalum yang mendorong adanya sinergi pengolahan dan pemurnian di dalam negeri bakal memberikan dampak sangat positif bagi industri.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)