Baca juga: Butuh Rp2.414 Triliun dari Swasta, OJK Dorong Pembiayaan Infrastruktur
Artinya, lanjut Enny, mereka belum berpikir untuk jangka menengah maupun jangka panjang, yakin guna membuat proyek tersebut berkesinambungan. Yang ada, kata Enny justru sebaliknya. "Misalnya BUMN A ditugaskan bangun infrastruktur X. Mereka akan berpikir berapa anggarannya. Artinya mereka akan cari cara-cara yang instan," ujarnya.
"Kalau kita lihat di 2017 semester I, kita banyak mengerjakan proyek infrastruktur, tapi kita terjadi over suplai semen. Dan tidak ada satu baja pun dari dalam negeri," sambungnya.
Lantaran BUMN lebih memilih jalan instan, maka jalan tercepat adalah melalui impor, karena dinilai lebih murah. "Ini yang akhirnya percepatan proyek infrastruktur tidak punya multiplier effect dalam jangka pendek. Karena semua capital intensive, apalagi disupport dari barang-barang impor," tandasnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)