“Tidak ada jalan lain, selain mempersiapkan infrastruktur masyarakat industrialis. Apa yang sudah dikerjakan Presiden arahnya menuju industrialisasi, menurut saya. Daya beli masyarakat menurun karena masyarakat lebih memilih menahan uangnya di dalam bank. Karena banyak pihak yang masih menunggu (wait and see) pada masa pembangunan ini. Hal inilah yang menjelaskan menurunnya pertumbuhan kredit. Ekonomi cenderung bergerak lamban”, jelasnya di Manado.
Baca juga: Proyeksi 2018 Ekonomi Dunia 3,7%, Bos IMF: Ada Momentum Pemulihan!
HKL juga mendorong perusahaan pemerintah untuk berlahan siap bersaing dengan perusahaan global di tingkat regional Asia. Pengamatan dirinya pada tahun 2017 ini PDB riil ada pada 5,1% dan diasumsikan meningkat 5,3% pada 2018.
Harapannya, pertumbuhan PDB riil itu disokong dari produktivitas BUMN. BUMN harus mulai melakukan re-evaluasi asset dan reformasi struktur bisnis agar lebih profesional, efektif dan efisien. Secara perlahan, budaya perusahaan professional harus diterapkan di BUMN Indonesia.
“Untuk periode sekarang ini, masih sangat wajar jika pembangunan infrastruktur penunjang industri masih banyak dikerjakan perusahaan asing. Karena, memang sudah sekian lama geliat industri di Indonesia bergerak lamban. Stimulus pembangunan infrastruktur Presiden Jokowi, akan memicu geliat industri dari kota hingga pedesaaan. Dari Industri Pabrikan hingga industri rumahan” tambah HKL.
Baca juga: Catat! IMF Peringatkan Tingginya Utang Rumah Tangga Picu Krisis Keuangan