JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta peran swasta dalam pembangunan infrastruktur lebih ditingkatkan. Pasalnya, infrastruktur yang sudah terbangun belum maksimal membuat daya saing ekonomi masih sangat rendah.
Berdasarkan penilai tingkat competitiveness ekonomi, Indonesia masih berada di peringkat 52 atau sama dengan negara Azerbaijan dan Turki. Untuk meningkatkan kualitas infrastruktur ini diperkirakan pada periode 2015-2019 dibutuhkan dana sebesar Rp4.796 triliun.
"London stock exchange dengan obligasi berbasis Rupiah yakni komodo bond itu kesuksesan. Salah cara bagaimana inovasi bisa dilakukan sektor swasta dalam BUMN. Untuk gunakan investor global," tuturnya, di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (7/2/2018).
Baca Juga: Butuh Rp149,64 Miliar untuk Bangun SPAM di Danau Toba hingga Bromo
Dia mengatakan, pemerintah memiliki komitmen kuat untuk menciptakan ekonomi stabil dengan pertumbuhan ekonomi inklusif. Melihat tujuan ini, maka investasi utamanya dalam memperbaiki sektor pembangunan infrastruktur harus ditingkatkan.
"Kami mendukung sektor swasta berpartisipasi di Indonesia dan negara ini untuk tawarkan hal menjanjikan untuk kesempatan bisnis. Saya harap dalam forum ini menjadi inovasi baru dan titik awal kolaborasi lebih lanjut antara pemerintah BUMN dan swasta," ujarnya.
Baca Juga: Kementerian PUPR Bangun Penampungan Air Bersih 1.000 Liter/Detik di Asmat
Dalam kegiatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menerangkan perkembangan terkini perekonomian dunia.
Agus mengatakan, outlook ekonomi dunia saat ini agak sedikit bergeser ke sisi atas dengan melihat kebijakan pemotongan pajak Amerika Serikat (AS) dan membaiknya perekonomian China dan India.
Baca Juga: Kenaikan Harga Batu Bara Berkah bagi Industri Properti, Kok Bisa?
Data Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) terbaru menunjukkan revisi ke atas perekonomian global. IMF meramalkan ekonomi global tumbuh 3,9% atau lebih tinggi dari ramalan sebelumnya 3,7%.
"Ekonomi global mempengaruhi perdagangan dunia dan mengakomodasi pertumbuhan internasional. Di mana saat ini harga batubara, logam meningkat dikarenakan permintaan yang tinggi dari Tiongkok," tuturnya, di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (7/2/2018).
(Kurniasih Miftakhul Jannah)